— 18.
Langit pada siang itu begitu terik menyengat terlihat dari ufuk timur. Tapi tidak menghalangi seorang pria untuk bermain bersama dengan seekor anjing samoyed miliknya. Jevano berlari dengan begitu bahagia tanpa ada rasa beban seperti biasanya ketika melakukan kegiatan. Namun, kegiatannya terhenti ketika Raja dan Ratu keluar dari gedung berwarna emas menatap Jevano anak kebanggannya. Tanpa harus dipanggil, dirinya langsung menghampiri kedua orang tuanya dengan perasaan bahagia.
“Selamat siang, Baginda Raja dan Ratu.” Sapa Jevano ramah.
“Siang juga anakku,”
“Jevano, kemari nak. Ada yang ingin pap bicarakan!” Ucap Jeffrey sambil merangkul lengan anaknya.
Jevano yang harus menuruti semua perintah kedua orang tuanya hanya mengangguk dan ikut duduk di sofa panjang depan Jeffrey dan Matthew duduk . Tatapan kedua orang tuanya membuat Jevano kebingungan dan bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya? Mengapa kedua orangtuanya begitu serius ingin berbincang dengannya. Padahal sudah jelas sekali, kegiatan mereka itu lebih padat dibandingkan kegiatannya.
“Maaf saya lancang berbicara terlebih dahulu. Sebenarnya Baginda hendak berbicara apa kepada saya?” Tanya Jevano sopan.
“Marcus tolong ambil alih Sam dahulu,” perintah Jeffrey pada Marcus yang tak lain adalah pengawal sekaligus asisten pribadi Jevano — anaknya. Marcus yang mengerti langsung mengajak Sam — anjing kesayangan keluarga kerajaan.
Jevano kembali terdiam. Ia menunggu sang Ayah ataupun Papinya untuk menjawab pertanyaan dirinya. Dengan begitu sabar dan sopan, dirinya ikut mengalihkan pandangan pada Marcus yang sedang bermain bersama Sam.
“Bahagianya jika Sam itu anakmu, No.” Matthew terus memandangi anjing yang terus mengejar Marcus seperti memberikan kode kepada Jevano.
“Maksud Baginda Ratu apa? Saya tidak mengerti.” Balas Jevano tidak mengerti atas perkataan Matthew.
“Papa dan Papi ingin kamu segera menikah,”
Ucapan Jeffrey membuat Jevano terkejut. Menikah? Tak ada sama sekali pun di dalam benaknya memikirkan tentang pernikahan. Menurutnya, masalah dirinya menjadi seorang Pangeran sudah membuatnya pusing. Apalagi jika ditambah memikirkan seperti menikah.
“Tapi maaf Baginda. Saya belum kepikiran untuk menikah.” Sanggah Jevano dengan memberikan jawaban menolak yang baik agar tidak menyinggung kedua orang tuanya.
Matthew menghampiri Jevano dan duduk disamping sang anak, “Kita harus memperbaiki keturunan, Jevano.” lalu mengenggam tangan anak laki-laki itu, “Papi harap kamu mau segera menikah.”
“Baiklah, Jevano serahkan semuanya pada Papa dan Papi.”
Tidak ingin lama berdebat masalah pernikahan, Jevano kembali memberikan jawaban apa yang sama dengan isi hatinya. Dan juga dirinya ingin segera mengakhiri obrolannya saat itu juga. Ia berharap, kedua orang tuanya tidak melakukan hal yang aneh-aneh kedepannya.
•••••