Ardan bantuin mobil ayah
Pagi itu Kalana berdiri samping mobil sedan berwarna merah milik Fauzan — ayah Kalana. Ia menatap ke arah Fauzan yang masih memeriksa mesin mobil yang mungkin ada kerusakan didalamnya.
Kalana menatap ke arah jam ditangannya bahkan ia juga melihat ke arah sekitarnya sakan-akan ada orang yang hendak membantu dirinya dan sang ayah.
“Kok ada mobil atau motor yang lewat gitu,”
“Sabar, Lanaku.”
Tiba-tiba dari arah belakang mobil jeep berwarna hitam pekat yang tepat membelakangi Kalana dan Fauzan datang menghampiri mobil yang kini masih terparkir di sisi jalanan tak jauh dari rumah Kalana tinggal.
Seorang laki-laki turun dari pintu supir mobil dengan begitu gagah. Ia mulai menghampiri Kalana dan ayahnya yang masih kebingungan.
“Permisi, Om, Kalana.”
Kalana yang merasa kenal dengan suara itu langsung menolehkan wajahnya mencari-cari siapa pemiliknya. Ia menyipitkan matanya ke arah belakang badannya karena matahari menyinari dirinya dan orang tersebut sehingga membuat wajahnya tak begitu jelas.
“Ini gua Kal, Aryandra,”
“Oh Ardan.”
“Bisa saya bantu om masalah mobilnya?” tanya Ardan pada Fauzan.
Fauzan yang memiliki sifat pendiam pada orang baru hanya menganggukan kepalanya sambil mempersilahkan Ardan untuk mencoba memperbaiki mobilnya. Ardan tersenyum dan langsung membuka jaket miliknya, kemudian menyimpannya di sisi kap mobil. Tanpa mau berlama lagi, dirinya mulai melihat-lihat kap mobil itu.
“Dia Ardan, yah, temen Kalana.” Kalana memperkenalkan temannya pada Fauzan. Karena selama ini hanya Airin — ibunnya yang bertemu dengan Ardan.
“Oh, jadi ini Ardan yang sering bikin kamu teriak-teriak sendiri kalo lagi di kamar!”
“Ayah!”
Kalana melototkan matanya pada Fauzan. Fauzan yang juga memiliki sifat jahil pada anaknya hanya terkekeh melihat wajah perempuan didepannya ini merah merona, tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Ardan yang sedari tadi masih memperbaiki mesin mobil Fauzan hanya tersenyum mendengarnya. Entah ada dorongan apa dari dirinya tersenyum dan bahagia ketika Fauzan menggoda Kalana. Kini di dalam hatinya begitu berbunga-bunga.
“Permisi Om, apa boleh saya mencoba mesin mobilnya?” Tanya Ardan sopan.
“Iya silahkan.”
Ardan yang merasa dipersilahkan langsung berlari kecil ke arah dalam mobil fauzan dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Ketika ia mencoba menyalakan mesin mobilnya namun hasilnya nihil, mesin tak juga menyala. Ardan kembali keluar dari mobil.
“Om, sepertinya aki mobilnya ya?” Tanya Ardan pada Fauzan.
“Oh iya kah? Perasaan baru saya ganti.” jawab Fauzan sambil melihat jam ditangannya.
“Kebetulan saya punya temen yang bisa bantuin menggantikan aki mobilnya. Apa om bersedia diganti, om?” Ardan mencoba menawari Fauzan untuk mengganti salah satu perlengkapan mesin mobil. Fauzan tanpa ragu lagi menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Setelah mendengar jawaban dari Fauzan, Ardan langsung mengambil ponsel layar sentuh miliknya dari saku celana dan menjauhkan diri dari Kalana dan Fauzan.
Tak dari lama Ardan menghubungi, orang kenalannya pun datang dengan motor yang berhenti tepat di dekat mobil Fauzan mogok.
“Om ini teman saya. Tenang aja om dia montir bengkel langganan saya dan papa jadi pasti bisa memperbaiki masalah mobil om.” Ardan memperkenalkan montir mobil yang tak lain adalah temannya.
“Ok. Bisa kan cepat gantikan.” ucap Fauzan memberikan perintah pada teman Ardan.
“Bisa atuh, Pak, punten atuh saya mau ganti dulu.”
“Kal kayanya kita harus cepet-cepet ke sekolah.” Tunjuk Ardan memperlihatkan jam di tangannya pada Kalana.
Kalana melihat ke arah jam tangan Ardan. Ia terkejut melihatnya dan langsung panik berlari mengambil tas miliknya di dalam mobil. Ia menghampiri Fauzan yang masih melihat montir mengganti aki mesin mobilnya.
“Yah udah jam tujuh. Aku sama Ardan berangkat bareng aja.” ucap Kalana mulai menyalami tangan Fauzan.
“Ya udah sana, nanti kamu beneran kesiangan. Saya nitip Kalana ya Ardan.” Fauzan terkekeh sambil menepuk bahu Ardan dengan begitu keras.
Ardan menganggukan kepalanya, “Pasti Om.”
“Ya udah ayo,” Ajak Kalana sambil membawa jaket Ardan dan reflek langsung menarik tangan Ardan.
“Seneng banget narik tangan gua.”
“Dih siapa yang seneng,” Reflek Kalana melepaskan tangannya dari tangan Ardan. Ardan tersenyum dan mulai mendorong badan Kalana, agar perempuan itu tak mengomel. Kalana yang mengerti langsung menaiki dirinya memasuki bangku penumpang mobil Ardan.
Setelah Kalana masuk ke dalam mobilnya. Ia berlanjut menaiki mobilnya dan langsung menancapkan gas mobilnya meninggalkan tempat mobil Kalana dan ayahnya yang mogok.