Dengan begitu gagah, Jevano berjalan memasuki istana yang sangatlah megah. Outfit kerja berwarna hitam membaluti seluruh badannya yang sangat mengesankan untuk ukurannya.
Kini lelaki itu berjalan menuju sebuah ruangan yang tertutup pintu besar berwarna krem terang. Tak lupa juga beberapa orang pengawal mengikuti dirinya dari belakang.
Para pengawal berdiri mendahului Jevano dan mulai membukakan pintu besar yang kini menampakan sesosok Ayahnya yang juga begitu gagah dengan balutan jubah kerajaan Altaro Kingdom tengah duduk di kursi kerjanya.
“Salam, Baginda Raja.” Jevano membungkukan badannya memberikan tanda hormat kepada Ayahnya.
“Duduk anakku,” titah Jeffrey sambil duduk di kursi kerjanya.
Jevano mengikuti titah sang ayah. Ia duduk sambil matanya menatap Jeffrey yang tengah mengeluarkan sebuah map berwarna hijau dari laci meja kerjanya.
“Kamu sudah dengar masalah kerja sama kerajaan kita dengan kerajaan dari negeri Jiran?” Tanya Jeffrey sambil mendudukan dirinya di kursi depan Jevano.
“Sudah papa. Apa benar saya ikut dengan Papa?” Jevano ikut bertanya untuk memastikan jika Jeffrey akan ikut dengannya.
Jeffrey menganggukan kepalanya, “Iya benar anakku dan aku akan turut hadir disana.” Ucap pria itu, kemudian menyimpan map di hadapan Jevano. “Lalu Papa ingin berbicara tentang perjodohan anakku.”
“Iya, Vano sudah mendengar dari Papi soal perjodohan itu.” Jawab Jevano menanggapi ucapan Jeffrey.
Jeffrey mengangguk, “Baguslah kalau kamu sudah tahu.”
“Lalu siapa yang akan dijodohkan denganku?” Tanya Jevano seolah-olah dirinya sudah pasrah.
Jeffrey tak menjawab pertanyaan Jevano. Pria itu menyerahkan amplop yang tadi ambil ke hadapan anaknya.
Jevano menatap amplop yang diberikan Ayahnya itu. Setelah itu ia kembali menatap ke hadapan Jeffrey seolah-olah bertanya, apa isi dari amplop hijau itu.
“Amplop ini berisikan wasiat dari Nenekmu yang berjanji akan menikahkan cucunya dengan cucu temannya,” jelas Jeffrey masih membuat Jevano bungkam. “Baginda Raja Andrew berpesan pada Papa jika amplop ini harus diberikan ketika kamu sudah dewasa. Dan sekaranglah waktunya kamu mengetahui itu.”
Jevano mengambil amplop hijau didepan matanya. Mengapa harus ia yang menerima perjodohan ini? Sejuta pertanyaan, ia layangkan didalam pikirannya.
“Papa tahu, kamu pasti bertanya. Kenapa kamu yang dijodohkan?” Jevano kembali menegakkan kepalanya menatap wajah Jeffrey yang tahu isi hati Anak bungsunya.
“Betul. Kenapa harus saya yang dijodohkan dengan seseorang pilihan Baginda Ratu Shilva? Kenapa bukan Kak Darren?” Tanya Jevano seperti tak terima masalah perjodohan.
“Papa sudah menawarkan pada kakakmu. Dan ternyata ia sudah memiliki pasangan sendiri, Papimu sudah bilang padamu, bukan? Dan sungguh Papa sangat amat berharap padamu, nak.”
“Jika memang itu keputusan yang terbaik. Jevano tidak bisa lagi menolak.” Jevano hanya bisa pasrah dengan ucapan Jeffrey, yang walaupun belum sepenuhnya ia menerima perjodohan ini.
“Terima kasih, nak.”
“Kalau begitu saya permisi, ada yang harus saya urus.” pamit Jevano berdiri dari duduknya. Kemudian diikuti menundukan kepalanya dengan sopan dan berlalu meninggalkan ruang kerja Ayahandanya.