EPILOG

Di dalam sebuah ruangan yang tak terlalu besar dan juga tak terlalu kecil terlihat satu orang lelaki manis yang tengah hamil besar terbaring di atas krangket ranjang rumah sakit, mata nya terpejam namun tak menandakan ia tertidur.

Narendra — sang lelaki manis yang terbaring di sana. Dokter telah membiusnya secara total karena bayi yang terdapat di dalam kandungannya harus segera di keluarkan.

Di luar ruangan terdapat sanak keluarga Altaro dan juga keluarga Mahapraja dengan setia menunggu dokter selesai mengoperasi Narendra. Tak juga kita lupakan Jevano dengan tenang menunggu pintu operasi terbuka dengan lebar.

Jevano berdo'a semoga sang Suami — Narendra berserta anak yang berada di dalam kandungannya ini selamat. Hanya itu harapannya saat ini.

Setelah menunggu berjam-jam lamanya, pintu ruang operasi terbuka dengan lebar. Seorang pria dengan berpakaian biru khas operasi keluar dari sana dengan dibantu suster yang tengah mendorong trolly yang berisi dua bayi di sana.

“Pangeran Jevano!”

Mendengar namanya di sebut dengan segera Jevano berdiri dan menghampiri Dokter tersebut.

“Paman bagaimana keadaan Narendra?” Tanya Jevano penasaran.

“Selamat Pangeran, bayi kamu kembar lelaki. Untuk Narendra masih belum sadar karena terpengaruh obat bius. Kami akan memindahkan kedua nya ke ruang VVIP.” jelas Sang dokter yang tak lain adalah Paman Jevano sendiri.

Air mata nya tidak berhenti menetes. Entah kenapa ia sangat terharu melihatnya.

“Kalau begitu suaminya boleh ikut saya untuk mengurus data sang bayi.” perintah suster kepada semua orang yang ada di sana.

“Marcus kamu ikut dengan saya!”

Marcus yang selalu berada di samping Jevano menundukan kepalanya sebagai bentuk jawaban atas perintah sang Pangeran. Tanpa mau berlama lagi kedua orang lelaki itu mengikuti langkah kaki suster dan dokter yang kembali memasuki ruang operasi.

Setelah semuanya selesai, Jevano sudah beradi di dalam ruangan VVIP. Di samping kanannya dengan telaten dirinya membasuh kening sang istri yang matanya masih terpejam. Tangan itu tak pernah lepas dari genggamannya.

“Sayang, lihat anak kita kembar. Tampan menurun dari ku dan manis seperti dirimu,”

“No, sepertinya kami harus pulang. Nanti gantian berjaga di sini.”

Jevano menatap ke arah sumber suara yang tak lain adalah Matthew — papinya. Genggamannya mulai ia lepaskan dari sang empu dan menghadap ke arah kedua orang tuanya.

Di sisi lain ada sang mertua yang juga berada di sana sedari tadi, “Kita juga sepertinya ikut saja ke Altaro, sekalian bawa sedikit pakaian anakmu.”

“Silahkan Bunda. Hati-hati dijalan.” Jawab Jevano mempersilahkan kepada Naura.

Jevano mengikuti semua orang yang ada di sana untuk keluar dari ruang rawat inap. Ia menundukan kepalanya sedikit memberikan tanda hormat. Setelahnya lelaki gagah itu kembali memasuki ruang inap dengan keadaan yang masih sama, Narendra masih memejamkan matanya belum ada tanda-tanda akan bangun sama sekali.

Beberapa jam kemudian, kepala Jevano sedang terbaring tepat di sisi tempat tidur rumah sakit. Sehentai tangan bergerak dengan lemah mengusap surai pirang milik lelaki itu.

Di usapnya dengan penuh kasih sayang sambil matanya menatap ke arah lelaki itu. Ingin sekali dirinya memanggil nama sang suami akan tetapi tak bisa. Begitu lemah baginya untuk saat ini.

Akan tetapi ternyata tidur Jevano tidak begitu nyenyak sehingga masih bisa merasakan usapan telapak tangan milik Narendra.

Jevano mulai mengerjapkan matanya dan menatap ke arah tangan. Ia begitu terkejut ketika melihat istrinya, Narendra sudah bangun dari tidur panjangnya.

“No..no..” dengan Nada yang lemah karena tabung oksigen masih tepang di antara mulutnya, Narendra memanggil Jevano.

“Udah kamu jangan dulu banyak ngomong, biar saya panggilkan dokter dahulu.” Selang beberapa menit dokter dan suster yang berjaga malam datang memasuki ruang rawat inap VVIP sambil tak lupa untuk memeriksa kondisi Narendra saat ini.

“Semuanya cukup stabil, kamu sehat sekali sama seperti anak-anakmu.”

“Mereka di mana?” Tanya Narendra masih dengan nada yang lemah.

“Ada di ruang bayi sayang,”

“Nana mau lihat mereka No.” Dengan begitu antusias, Narendra meminta kepada sang suami. Ia sangat ingin menggendongnya saat ini juga karena semenjak ia di bius total baru sekarang dirinya sadar dan ingin sekali bertemu dengan anaknya.

“Kita bawa saja kesini kalau begitu biar tidur bersama ibunya.”

Hingga akhirnya dua orang suster mendorong dua box bayi sambil di taruhnya di samping kanan Narendra.

“No, mereka anak Nana?”

Jevano menganggukan kepalanya, “Ia sayang. Mereka kembar lelaki.”

“Anda boleh menggendongnya, Tuan Muda.”

Senyuman tak luput dari wajahnya. Dengan perlahan suster menyerahkan kedua bayi kembar di sisi kiri dan kanan. Di tatapnya terus menerus kedua bayi itu secara bergantian.

“Kalau begitu kami permisi dahulu.” ucap Dokter yang menangani Narendra melahirkan.

Setelah pintu kamar tertutup, pandangannya kembali menatap kedua anak kembarnya secara bergantian. Balutan kain berwarna biru muda dengan motif kepala beruang kecil melilit tubuh kedua bayi meninggalkan kesan yang begitu menggemaskan. Begitu juga dengan Jevano ikut menatap ke arah wajah anaknya yang masih tertidur. Sangatlah menenangkan baginya.

Ketika Jevano melihat sang Istri kesulitan untuk duduk, dengan sigap dirinya menaikan tempat tidur agar Narendra lebih nyaman lagi. Di rasa Narendra sudah nyaman dengan posisinya. Jevano kembali duduk di hadapan Narendra.

“Makasih sayang,”

“Sama-sama.”

“Oh iya, kamu udah kasih mereka nama sayang?” tanya Narendra.

“Sudah sayang. Tapi ingin meminta persetujuan dari kamu dahulu.” balas Jevano yang sudah berpindah di samping kiri Narendra.

“Siapa nama mereka?”

“Cale Altaro dan Gibran Altaro.”

“Nama yang bagus, No. Terima kasih sayang sudah hadir di hidup Dadda dan Daddy.”

Narendra mendekatkan kedua bayinya untuk ia kecup. Tak lupa juga dirinya menatap ke arah Jevano yang tersenyum ke arahnya. Kehadiran buah hati adalah sebuah anugrah yang selalu di idam-idamkan semua orang. Tak terkecuali juga Narendra dan Jevano yang sangat berbahagia karena kehadiran anak kembarnya. Mereka berdua berharap tidak akan ada lagi hal-hal yang menyiksa, tidak akan ada lagi orang-orang yang berniat jahat.

Jevano dan Narendra berharap kedua anaknya akan membawa berkah dan keberuntungan nantinya sampai mereka menua bersama dengan keluarga bahagianya.

Altaro, 27 May 2022 Tanggal kelahiran Cale Altaro & Gibran Altaro “Tunggu kita di au au selanjutnya ya aunty. Pay pay.”

END