// cw // mention of kiss //
Hari telah menjelang sore, langit berubah yang awalnya panas kini menjadi teduh menimbulkan awan-awan berwarna hitam sudah berdatangan. Setelah puas dengan bermain bersama anjing putih ras samyeod Jevano dan Narendra masing-masing berjalan menuju kamar mereka.
Namun ketika hendak memasuki kamar mereka masing-masing, baik Narendra dan Jevano terheran karena kamar mereka telah terkunci.
“Maaf Tuan Muda tapi kamar anda bukan disini lagi.” Kata Harsa ke arah Narendra.
“Loh hari ini juga pindahnya?” Tanya Narendra heran.
“Saya hanya diperintahkan Baginda Ratu, Tuan.”
Tak lain halnya Jevano, ia tak kalah terkejutnya dengan keadaan kamarnya terkunci juga. Ia menatap ke arah Marcus dan beberapa pelan yang mengekori dibelakangnya. Lelaki itu mencoba kembali kenop pintu agar bisa kembali terbuka. Namun nihil, sama saja seperti Kamar Narendra tadi. Kamar itu tetap terkunci rapat meskipun Jevano sebagaimana berusaha agar bisa membuka pintu.
“Ini sudah dua kali, kenapa saya tidak bisa masuk?” Tanya Jevano kepada lelaki disampingnya.
“Maaf Pangeran, kamar anda sekarang bukan disini,”
“Lalu?”
Marcus mengarahkan telunjuknya ke arah belakang punggung atasannya. Ternyata disana sudah ada Narendra dan asistennya yang tengah berjalan bersama memasuki kamar tersebut.
Jevano yang lupa akan mulai hari ini dirinya harus tidur bersama suaminya — Narendra. Ia mencoba menginggat lagi apa obrolan bersama Papi nya kemarin malam.
Setelah lama berfikir, Jevano ingat sekarang. Matthew — Ibundanya memerintanya untuk tidur bersama dengan Narendra yang notabenya sekarang sudah sah menjadi suaminya.
Ia tahu jika sekarang, lelaki itu sudah menjadi suaminya. Tapi tetap saja ita merasa asing jika harus tidur bersama orang asing yang belum Jevano kenal.
Tidak ingin berlama-lama lagi menunggu, Jevano kembali membalikkan badannya dan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar yang ia tuju. Sesampainya di kamar itu, dirinya melihat ada foto pernikahan dirinya terpampang begitu jelas dan berukuran yang lumayan besar di pajang dengan figura berwarna emas yanh senada dengan cat tembok kamar. Disisi lain juga terlihat foto dirinya sama seperti foto pernikahannya terpampang dengan jelas di pajang bersama foto Narendra disampingnya.
“Sa, pegel banget badan gua.” Narendra bergumam mengeluh kepada Harsa, padahal sudah jelas asisten pribadinya itu sudah keluar sedari tadi.
Narendra masih fokus membereskan barang-barang miliknya tanpa melihat ke arah manapun kali ini.
“Seperti orang gila saja bicara sendiri.” Jevano membuka jas kerja miliknya dan mulai menggantukannya pada tempat khusus untuk menggantung pakaian.
Narendra yang merasa asing dengan suara itu langsung menatap ke arah sumber suara.
“HEY!! SEJAK KAPAN LU ADA DISITU?!” Tanya Narendra terkejut dengan kehadiran Jevano. Lelaki itu mulai menjaga jaraknya dari suaminya yang hanya memakai kaos oblong berwarna putih.
“Sejak tadi,”
“Terus kenapa bajunya gak dipake? Kenapa cuman pake kaos aja?”
“Satu-satu kalau mau bertanya. Saya bingung,”
“Protes mulu, tinggal lu jawab apa susahnya?”
Jevano mendenguskan nafasnya, “Baik, saya jawab. Sekarang ini sudah menjadi kamar saya dan kamu,” jelas Jevano terpotong karena fokus berjalan. “Jadi suka-suka saya mau buka baju kapanpun. Oh ya, saya mau menginggatkan. Saya mau mandi sekarang.” Lanjutnya yang kini sudah berada di dekat pintu kamar mandi.
“Kalau mau mandi ya mandi saja. Urusannya sama gua apa?” Tanya Narendra sarkas.
“Saya hanya memberitahu kamu.”
“Nyenyenyenye.”
“Sudah saya bilang, yang sopan jika berbicara dengan orang di Istana!” perintah Jevano membuat Narendra harus mengikuti ucapan suaminya itu.
Jevano kembali membalikan badannya menghadap Narendra yang kini tengah melipat tangannya menatap dirinya.
“Kamu meledek saya?”
“Idih, kegeeran lu. Udah sana kalau mau mandi ya mandi. Soal omongan gua yang begini. Ya suka-suka gua mau berbicara sopan kek, mau gimana kek. Memangnya lu siapa ngatur-ngantur gua?” Jelas Narendra berbicara panjang lebar sambil menghampiri Jevano.
Narendra yang terus-terusan mulutnya tak berhenti bicara, matanya masih menatap Jevano melangkahkan kakinya menuju suaminya itu hendak protes dengan ucapan suaminya.
Tapi entah bagaimana, tiba-tiba kakinya terpeleset dan malah mengenai Jevano yang berada di depannya sehingga menindih badan suaminya.
BRUUKK
Jevano yang terkejut pun reflek memegang pinggang Narendra sehingga mereka berdua jatuh saling berhadapan. Dan yang lebih terkejut lagi, baik bibir Narendra dan juga suaminya saling bertemu.
“Tuan, Pang.. Maaf saya menganggu.”
Salah seorang pengawal yang hendak masuk namun mengurungkan niatnya ketika melihat Tuan Muda dan Pangerannya yang masih terdiam tak ada yang mau bangun satu sama lain.
•••••