Honey moon

Langit gelap gulita hanya di terangi oleh Bintang-bintang yang kerlap kerlip menghiasi indahnya langit kala Malam itu. Negara Australia, yang sedang dipijaki oleh kedua insan yang masih dengan santai memadu kasih lewat balkon hotel kamar vvip yang terlihat mewah.

Baik Ginela maupun Arseno, keduanya sama sekali tak ingin saling melepaskan diri. Bahkan kemana pun sang perempuan pergi. Sang lelaki tak segan-segan mengikutinya. Seperti sekarang ini, Ginela sedang meminum air putih dan bersiap untuk mengupas buah apel kesukaannya. Tapi sang suami malah memeluk dan menghentikan aksinya.

“Senoo sayaanghh aku pegang pisau ini,” erang Ginela berusaha melepaskan pelukan sang suami.

“Simpen dulu pisaunya. Temenin aku dulu.” Arseno ikut andil menyimpan pisau yang ada di tangan sang istri ke atas meja lalu kembali melanjutkan aksinya mengecup leher jenjang Ginela—sang istri.

Awalnya Ginela menolak, tetapi karena tenaga Arseno yang lebih kuat dari pada dirinya. Kini ia mengikuti alur permainan pria yang sudah menjadi suaminya selama satu tahun ini. Ginela bergerak menghadapkan badannya pada Arseno. Kedua insan itu saling memanggut bibirnya dengan penuh nafsu tanpa ada yang mau saling melepaskan diri. Tangan Ginela dengan mudahnya ia kaitkan pada leher Arseno agar lumatan bibir sang suami lebih dalam lagi.

Di angkatnya badan Ginela tanpa sedikit pun mau melepaskan pangutan. Decapan demi decapan mengisi ruangan kamar hotel itu. Hingga sampai posisi sang istri tertindih badan sang suami.

Ginela melepaskan pangutan sambil menatap ke arah Arseno, “Sen, aku sayang sama kamu,”

“Aku lebih sayang sama kamu.” balas Arseno tak mau kalah dan kembali memanggut bibir sang istri. Awalnya panggutan tersebut hanya ungkapan rasa cinta dan sayang. Namun, lama kelamaan nafsu kini meliputi keduanya. Arseno melepaskan panggutan sambil melepaskan kaos oblong yang ia kenakan, lalu kembali melumat bibir sang istri.

Setelah puas dengan bibir, Arseno mulai menurunkan lumatan sampai pada telinga yang membuat desahan dari sang empu. Tangan pria itu tak tinggal diam, satu persatu kancing piyama milik Ginela di lepas dengan tak sabar. Melihat sang suami tak sabaran, Ginela ikut andil membuka kemeja tidurnya hingga terlepas sempurna dari tubuhnya.

“Eughh.. No..”

Lenguhan telah lolos dari mulut Ginela. Entah kenapa perlakuan Arseno—sang suami sangat candu baginya hingga ia tak menyadari sudah melepaskan piyama tidurnya hingga tanpa sebelah benang pun. Arseno melepaskan lumatan kembali mensejajarkan wajahnya dengan wajah Ginela. Tangannya mengelus pipi atensi di depannya. Sudut bibirnya mengulas senyuman, matanya berbinar sambil mengecup kening sang istri.

“I love you,” ucap Arseno dengan tulus.

“I love you more Arseno,” balas Ginela tak kalah tulusnya dengan sang suami. Hingga keduanya terjun pada posisi masing-masing saling menyatukan tubuh mereka, keringat yang bercucuran memenuhi ruangan yang ukurannya sama seperti kamar yang mereka tempati di Bandung.

•••••