Di kenalin ke keluarga besar
Mobil Jeep land cruisher hitam doff memasuki perkarangan villa megah milik keluarga Abiputra group. Sang supir menghentikan mobil tepat di depan pintu masuk. Di dalam mobil terlihat seorang perempuan yang tengah hamil besar dan juga seorang pria berjas hitam yang sangat gagah ketika dirinya pakai.
Kedua orang itu kemudian keluar dari mobil dengan di sambut oleh para pelayan dan juga saudara-saudara mereka yang di khususkan untuk menerima tamu.
Perempuan dan pria itu tak lain adalah Ginela dan Arseno. Sepasang suami istri yang terlihat sangat sepadan dengan balutan pakaian yang elegan dan mewah. Arseno turun dari mobil terlebih dahulu, tak lupa ia buru-buru membuka pintu mobil untuk Ginela keluar dan juga tangannya Arseno tempelkan pada pintu mobil untuk melindungi kepala sang istri. Perlakuan itu membuat siapa saja yang melihatnya akan merasa iri karena merupakan suami idaman.
Arseno menggandeng tangan Ginela dan berjalan secara perlahan memasuki area taman keluarga. Di sana sudah banyak sanak-sanak keluarga besar berdatangan satu persatu. Hingga salah satu anggota keluarga yang tak lain adalah Andrew, paman Arseno yang tak lain adalah orang tua Naufal.
“Ya Tuhan, ini Arseno. Apa kabar kamu?” seru Andrew sambil memeluk sang keponakan.
“Baik paman. Paman apa kabar? Mana bibi Tiffany?” Tanya Arseno basa-basi. “Ada di dalam. Ini Ginela istrimu itu?”
Ginela yang di tatap oleh Andrew hanya tersenyum sambil menundukkan kepalanya bersalaman dengan malu-malu. Baru kali ini dirinya di kenalkan pada keluarga besar, karena selama berpacaran dengan Ghazi, ia tidak pernah di ajak pada acara seperti ini. Mungkin hanya sebatas kedua orangtuanya saja.
“Cantik sekali istrimu, No. Ayo masuk ke dalam. Ibundamu sudah menunggu,” titah Andrew dengan ramah.
“Terima kasih Paman,” balas Arseno ramah.
“Ayo kita ke Mama. Biar kamu duduk aja.” Arseno mengusap tangan Ginela yang berada di gandengannya. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya menuju ruangan yang terlihat banyak orang yang tengah berkumpul di sana.
Yunita yang melihat kedatangan Ginela dan Arseno, wajahnya seketika sumringah. Ia menghampiri keduanya yang tengah berjalan memasuki ruang keluarga.
“Pelan-pelan sayang, kapan kalian sampai?” Tanya Yunita. “Baru saja, Mam,” jawab Ginela menyalami tangan Yunita, diikuti Arseno juga.
“Mama dari tadi di sini?” Arseno menatap ke arah sang Mama yang masih menggunakan daster, tak seperti biasanya.
“Mama dari kemarin di sini. Bantu-bantu juga. Ayo sini, mau mama kenalin ke yang lain,” ucap Yunita mengambil alih gandengan tangan Ginela lalu berjalan entah menghilang kemana.
Arseno yang kebingungan, langsung beranjak dari sana dan menuju taman belakang untuk berbaur bersama sanak keluarga yang lainnya.
Kini Ginela dan Yunita tengah berjalan menuju seorang wanita yang di yakini adalah Kakek dan Nenek dari Arseno. Ginela menundukan badannya sedikit, karena perutnya yang sudah besar ia sedikit kesulitan ketika akan menyalami keduanya. “Bu, kenalin ini Ginela,” ujar Yunita memperkenalkan anak menantunya.
“Nek, aku Ginela.” Ginela tersenyum sambil menyalami tangan nenek.
Nenek tersenyum, lalu memegang tangan Ginela, “Cantik sekali. Sudah berapa bulan kandunganmu, nak?” Tanya Nenek menyentuh perut Ginela yang terbalur dress coklat bermotif bunga-bunga.
“Nenek juga cantik sekali. Kandungan Nela sudah jalan 8 bulan, Nek.” balas Ginela. Ginela berjalan sedikit ke samping sang Nenek untuk menyapa Kakek yang pandangannya terus menatap ke arah cucu-cucu kecilnya yang tengah berlari di taman.
“Pah, ini ada Ginela,” bisik Yunita pada sang ayah. Sang kakek yang merasa di panggil menganggukan kepalanya lemah, “Ini Ginela ya,”
“Iya, Kakek. Saya Ginela istrinya Arseno.” Ginela menyalami lagi tangan kakek dengan senyuman tak lepas dari wajahnya. Setelah bersalaman dengan Kakek dan Nenek Arseno, Yunita mengajak Ginela untuk berkenalan dengan sanak keluarga yang sudah berkumpul di sana.
Ginela sangat bahagia hari ini dapat mengenal keluarga besar sang suami. Ia merupakan perempuan yang beruntung, bisa kenal dengan seluruh keluarga yang menyambutnya dengan begitu hangat.
Terlihat Arseno tengah berbincang dengan paman-pamannya, entah apa yang sedang mereka bahas. Ketika sedang asyik tertawa, semua atensi di sana tertuju pada seorang pria mengenakan jas berwarna hitam, namun di dalamnya dengan kaos putih polos dan celana bahan yang sepadan.
Bukan hanya pria itu saja, pria itu tidak sendiri. Ada seorang perempuan dengan gaun hitam ketat menutupi lekuk tubuhnya. Sehingga keduanya terlihat sangat serasi.
“Hai Ghazi, apa kabar kamu? Sudah lama kita tidak bertemu,” sapa salah seorang paman yang tak lain Yuda. Ghazi, pria itu tersenyum dengan angkuh menjabat tangan Yuda, “Baik paman.”
Arseno yang acuh tak peduli dengan kedatangan sang adik, kembali berbincang dengan Jordan, adik dari sang ibunda yang turut hadir di sana.
“Sen, bukannya adikmu menghilang kemarin? Dia sudah kembali?” tanya Jordan bertubi-tubi dengan rasa penasarannya.
“Yaa .. Begitulah ..” jawab Arseno malas-malas. Jordan mendengus sebal.
“Tidak ada rasa tanggung jawabnya dia.” terdengar seperti tak menyukai sesosok ponakannya itu.
“Sudahlah paman. Arseno malas membahas dia. Oh iya, Seno dengar istri paman hamil lagi? Selamat paman,”
“Terima kasih, Sen.”
Mata Arseno kembali melengos tak ingin menatap ke arah sang adik dan perempuan yang mungkin adalah Laluna itu memasuki area dalam villa untuk menyapa sanak keluarga yang ada di dalam. Arseno benar-benar ingin menyeret keduanya untuk pergi dari sana. Namun tak bisa karena keluarga besarnya hadir di sana, ia harus mampu menahan semua emosinya.
Tak ingin lagi ambil pusing, Arseno berlari ke arah anak-anak yang berada di sana untuk bermain bersama. Dirinya sangat menyukai anak kecil, sehingga dengan mudah Arseno bisa langsung akrab bersama keponakan bahkan sepupu-sepupunya.
•••••