Kejutan untuk Arseno
Pesawat mendarat dengan sempurna tepat di atas sebuah gedung pencangkar langit berjulang tinggi. Pintu pesawat terbuka, seuntai kaki jenjang keluar dari sana. Pemilik kaki itu adalah Arseno, pria yang tak lain adalah pengusaha sukses yang berpengaruh di seluruh penjuru negeri.
Arseno tak seorang diri, terlihat ada seorang perempuan mengikutinya turun dari sana dengan mengenggam tangan Arseno. Perempuan itu tak lain adalah Ginela—istrinya. Keduanya baru saja mempijakkan kaki di tanah kelahiran, setelah bepergian dari luar negeri dengan cerita bertajuk bulan madu.
Hingga sampai Arseno dan Ginela duduk bersebelahan di dalam mobil tak lupa juga untuk saling bercengkrama satu sama lain. Terpancarkan binar mata keduanya yang bahagia seperti pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan kemarin.
“Aku kangen Arga yang.” Ginela merengek sambil memeluk manja Arseno.
“Iya sabar, ini kan kita lagi perjalanan ke rumah mama untuk jemput Arga, Sayang.” Arseno mengelus rambut Ginela dengan lembut, berusaha untuk menenangkan hati istrinya.
Ginela mendengus. “Lama!”
“Sabar sayang.” Mendengar dengusan sang istri, dengan cepat Arseno memeluk badan Ginela, membelai rambut panjang terutai itu. Tak lupa juga lelaki itu untuk mencium kening perempuan di sampingnya karena Arseno yakin, jika cara ini sangat ampuh untuk membuat Ginela tenang.
Setelah menghadapi drama Ginela dengan acara marahnya, akhirnya mobil yang ditumpangi keduanya sampai di tempat tujuan. Pintu mobil terbuka, baik Arseno dan Ginela bergegas keluar dari mobil dengan rasa tak sabar akan bertemu anaknya yang sudah mereka nantikan.
Ketika memasuki teras depan rumah, Arseno dan Ginela di sambut meriah oleh sanak keluarga. Hingga atensi lelaki itu tak sengaja melihat ke arah punggung seorang pria tua yang sedang duduk di kursi roda membelakanginya. Langkah kakinya keduanya memasuki ruang tamu rumah yang sudah ada beberapa orang berkumpul di dalam sana dengan kesibukan masing-masing.
“Permisi!” sapa Arseno sehingga membuat seluruh atensi tertuju padanya. Yunita yang sedang berbincang bersama langsung menolehkan kepalanya ketika mendengar suara yang tak asing di telinganya.
“Akhirnya kalian datang juga. Mommy rindu kalian,” seru Yunita bahagia.
“Mommy lebay. Aku ke LA cuman 1 mingg—,” balas Arseno sebal. “Mom, banyak juga yang dateng. Arga mana?” lanjutnya menelisik setiap sudut ruangan mencari sosok anaknya.
Yunita menatap ke arah seorang perempuan yang sedang bermain bersama kedua anak kecil yang mulai bisa berjalan. Ia tak sendiri, ada laki-laki yang menemaninya.
“Eh, Kak,” sapa Ghazi berjalan ke arah Arseno.
Arseno menerima uluran tangan Ghazi sambil tersenyum. “Apa kabar lu?” “Baik gua. Gimana bulan madunya lancar nggak?” Ghazi bertanya balik sambil menatap ke arah Ginela yang masih berbincang dengan mamanya. “Gua mau minta maaf atas kesalahan gua.”
“Ya begitulah, Arga mana?” Tanya Arseno matanya melirik ke arah Arga, mengalihkan pembicaraan Ghazi.
Ginela yang sudah selesai dengan acara menyapa sanak keluarga, langsung berjalan menghampiri Arseno tanpa mau menerima sapaan sang mantan yang tersenyum padanya.
“Nah, sekarang udah pada lengkah, kumpul semua jadi kita mulai aja acaranya.” Yunita mulai menghampiri Haris yang tak jauh dari sana, entah apa yang sedang mereka bicarakan.
“Karena kalian udah datang, ayo duduk dulu!” Ajak Yunita pada Arseno dan Ginela.
Kemudian Ginela dan Arseno duduk di sofa kosong yang tersedia di sana. Perempuan dengan balutan gaun motif bunga-bunga itu kini tak senggan-senggan mencium pipi sang anak, akibat rasa rindu yang amat sangat mendalam. Setelahnya, Ginela kembali menyimak pada sang ibu mertua dan ayah mertua yang sekarang tengah berdiri di depan para tamu.
“Sebelumnya, saya mau mengucapkan terima kasih yang sudah turut hadir di sini,” kata Harish dengan senyuman di wajahnya. “Selain itu ada tujuan lain yang ingin saya sampaikan saat ini. Ada dua hal yang akan saya sampaikan. Mungkin Mama yang pertama menyampaikannta. Silahkan, Ma!” Lanjut Haris sambil mempersilahkan istrinya untuk giliran berbicara.
Yunita tersenyum, “Kalau begitu kita langsung saja, saya dan suami turut mengundang sekeluarga untuk datang ke acara pernikahan Ghazi dan Laluna pekan depan, acaranya akan dilaksanakan di sini.”
Semua mata di sana menganggukan kepalanya sambil melirik pada Ghazi dan Laluna yang menundukan kepalanya memberikan sapaan ramah hanya dengan senyuman dari wajah keduanya.
“Lalu, saya ingin memperkenalkan seseorang yang sangat berjasa bagi hidup saya dan suami.” Yunita berjalan membantu Haris yang tengah mendorong kursi roda, hal itu membuat semua bertanya-tanya siapa pria tua itu.
“Itu bukannya mang ujang?”
“Ehh, iya. Ya Allah perasaan kemaren tuh masih nganterin Yunita sama Haris. Udah tua juga.”
“Arseno sini sayang!” titah Yunita pada Arseno.
Tak ingin membuat mamanya menunggu, Arseno segera menghampiri sang mama dengan perasaan bertanya-tanya sebenarnya siapa pria tua yang bersama kedua orang tuanya itu.
“Ada apa, Mom?” Tanya Arseno bingung.
Yunita menarik nafas sebentar. “Sekarang saat yang tepat kamu tahu hal ini,”
“Hah? Maksudnya gimana?” tanya Arseno bingung. Haris memegang bahu Arseno. “Mang Ujang itu ayah kandungmu, Sen.”
“Mommy, Daddy, please it's not funny!” bantah Arseno tak percaya.
“Do we look a joke, baby?” Yunita balik bertanya untuk meyakinkan sang anak.
Arseno merasa ucapan mamanya serius, sebab dari tadi ia sama sekali tak menemukan jika Yunita tengah berbohong. Lelaki itu beralih menatap ke arah Haris lekat untuk meminta jawaban, dan pria itu hanya memberikan anggukan sebagai jawaban atas kebingungan Arseno.
•••••