Ke Rumah Kalana

“Udah selesai.” Ardan menutup buku catatan miliknya.

“Gua juga udah.”

“Tugasnya udah bereskan ya?” tanya Ardan mencoba meyakinkan Kalana lagi soal tugas.

“Iya udah. Beres.”

Ardan masih sibuk mengambil cookies yang ada di depan matanya. Begitu juga Kalana yang masih fokus tentunya menatap ponsel layar sentuh miliknya untuk melihat catatan tugas yang sudah di kerjakan dan belum ia kerjakan.

Ketika sedang santai memainkan ponsel masing-masing, tiba-tiba dari arah luar terdengar suara bising kendaraan yang tak lain adalah suara bising kenalpot motor yang mulai berhenti di halaman rumah tempat tinggal Kalana dan teman-temannya berkumpul. Seorang lelaki turun dari motornya dan berjalan menekan tombol bel yang tak jauh dari pagar rumah Kalana.

“Assalamualaikum, Kalana iyeuu Harshil!” ucap anak lelaki yang tak lain adalah Harshil.

Ardan yang terkejut mendengar suara temannya itu langsung menghadang Kalana yang mencoba untuk membukakan pintu gerbang rumahnya.

“Gak usah di bukain.”

“Kenapa sih?” tanya Kalana heran.

“Biar gua aja,” larang Ardan yang hendak berdiri.

“Suka-suka gua. Ini rumah gua!” balas Kalana tak terima sambil berdiri dan berlanjut menuju pagar rumahnya yang tak terlalu tinggi. Kalana tersenyum sambil mempersilahkan teman-teman Ardan untuk masuk.

“Ayo masuk, Har.”

“Makasih Kal,”

Ardan menoleh ke arah gerbang rumah Kalana yang telah terbuka. Harshil berlari bersama Raka, Kamal dan Rajendra yang datang bergantian masuk menuju rumah Kalana.

“Eh, Ardan ada disini ternyata.”

“Harshil tahu rumah Kalana dari mana?” Kalana berjalan mengikuti Harshil yang sudah duduk di atas sofa ruang tengah dengan wajah terheran karena Harshil tahu rumahnya, padahal dirinya sama sekali tak pernah memberi tahu perihal rumahnya pada teman-teman di sekolahnya.

Teman-temannya termasuk Ardan hanya menggedikkan bahunya tanpa ada yang mau menjawab. Pandangan Kalana kembali tertuju pada Harshil yang kini sudah duduk di samping Ardan dengan menatap ke arah Kalana yang wajahnya penuh berseri-seri seperti bertemu dengan kekasihnya.

“Kalana kedatangan Harshil ganggu kalian nyak?” tanya Harshil takut.

“Heeuh ganggu maneh teh,”

“Hampura Kal, si Harshil maksa kadieu rek nyontek tugas ceunah.” balas Rajendra mencoba ramah pada Kalana.

“Bisa nyontek dari gua. Ayo Pulang!!” Ardan melototkan matanya pada Harshil untuk memberi kode agar teman-temannya untuk pulang. Dasarnya Harshil yang punya sifat jahil, ia malah diam duduk samping Kalana. Ardan kembali mencoba menarik tangan Harshil dengan sekuat tenaga. Dan ketika berhasil, ia langsung menarik tangan temannya dan mendorongnya untuk pergi dari rumah Kalana.

“Pulang!!”

“Tapi Dan ...”

“Gak ada tapi-tapian!!” perintah Ardan sambil melototkan matanya ke arah Harshil seperti sedang memerintah anaknya untuk pulang bermain.

“Kasar bener sama temen sendiri.”

“Biarin, ini urusan gua.” Harshil yang ketakutan mengikuti perintah Ardan, begitu juga Rajendra, Kamal dan Raka yang berada di sana mengikuti ketua gengnya untuk pergi dari sana. Raka yang melihat buku dan tas Ardan masih tergeletak di lantai, dengan cekatan ia langsung membereskannya dan berpamitan kepada sang pemilik rumah.

“Kalana, punten kita pulang dulu. Mangga.” pamit Raka ramah pada Kalana.

Kalana yang melihat Ardan dan teman-temannya sambil menganggukan kepalanya, “Iya, Hati-hati, Raka.”