Kini Narendra sudah berada di dalam mobil Istana. Kini tak akan ada lagi orang-orang yang menganggunya setiap hari, tidak akan ada lagi yang meminta uang setiap jamnya dan juga renternir yang selama ini selalu membayangi dirinya tak akan ada lagi.

Lelaki itu berharap jika semua awal yang akan di alaminya itu bukan hanya mimpi sesaat. Narendra berharap dirinya bisa melupakan semuanya dan memulai dengan hidup yang baru.

Tak terasa mobil yang menemani Narendra berkeluh kesah kini telah berhenti tepat di depan sebuah Lobby gedung mewah yang tak lain Istana Altaro Kingdom.

Sudah banyak para maid dan pengawal berjejeran menyambut seseorang yang akan menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Cukup bagi Narendra memikirkan masalah diluar sana, sekarang ia sudah berada di Istana. Ia hanya mengharapkan kehidupan yang layak tanpa harus berfikir bagaimana mencari uang untuk menafkahi dirinya sehari-hari.

Narendra keluar dari dalam mobil. Netra matanya tak berhenti menilik-nilik gedung Istana berwarna kuning langsat terhias begitu indah. Ia yang tak tahu menahu soal Kerajaan hanya terdiam dan malah ikut menundukan kepalanya ketika para pengawal mendapati Narendra berjalan melewati mereka.

“Salam hormat, Baginda Ratu!” Teriak salah satu pengawal membuat semua orang disana menundukkan kepalanya.

“Selamat Datang Narendra!” Salam Matthew tersenyum ramah.

Narendra masih menundukan kepalanya tak mengerti dengan semuanya. Ia berfikir, jika dirinya akan diperlakukan biasa saja. Ternyata semua tak seperti dugaannya, tak sama dengan fikirannya saat ini.

Matthew notabenya seorang yang berpengaruh sangat penting di kerajaan dengan begitu ramah dan tenang menghampiri Narendra yang sama sekali sedari tadi masih menundukkan kepalanya.

“Narendra ayo bangun, kita semua disini sudah menunggu kamu!” Ujar Matthew merangkul bahu Narendra.

“Maaf Baginda saya izin bertanya, apa betul saya berada di Istana sekarang?” Tanya Narendra polos.

“Betul Narendra. Kamu berada di Istana,” Jawab Matthew tak mampu menahan tawanya.

Narendra menghela nafas perlahan, “Syukurlah. Berarti saya nggak harus bayar hutang lagi.” Ucap Narendra lagi.

Matthew yang berada disampingnya mulai tertawa karena perkataan Narendra. “Memangnya kamu diluar sana punya hutang?”

Narendra menggigit bibir bawahnya. Lidahnya begitu kelu tak mampu menjawab pertanyaan dari baginda Ratu. Seolah-olah mengerti, Matthew dengan segera melangkahkan kakinya memasuki Istananya.

“Permisi Baginda Ratu, jamuan makan malamnya sudah siap!”

Langkah kaki kedua orang itu terhenti ketika salah seorang pelayan di Istana menghampiri mereka berdua. Narendra sedikit lega karena Matthew tidak terus menjejelkan pertanyaan yang sudah membuatnya pusing. Akan ada saatnya sia cerita, tapi tidak sekarang.

“Baik, terima kasih Pak Sugeng. Ayo Narendra saya yakin kamu pasti belum makan malam!” Ajak Matthew.

“Silahkan Baginda!”

Narendra yang tak mengerti arah dari Istana hanya mengikuti Matthew. Kini ia sangat berterima kasih kepada Ibu Panti yang sudah memberikan wasiatnya tentang perjodohan ini. Dirinya hanya berharap, kehidupan selanjutnya nanti akan menjadi lebih baik.