Langit pada siang hari itu tak begitu terik seperti biasanya. Awan pun tak ada bereksitensi dirinya. Udaranya begitu sejuk membuat semua orang yang melewatinya begitu menyukai untuk menghirupnya.
Begitu juga Narendra yang baru saja turun dari sebuah mobil jeep berwarna hitam milik Altaro Kingdom. Ia begitu takjub dengan udara di villa milik Altaro Kingdom begitu sejuk, mungkin udaranya sama seperti di Istana. Namun, kali ini berbeda, lelaki begitu menikmati suasana siang itu.
“Selamat datang di villa keluarga Altaro, Nana.” Ujar Matthew.
“Dengan senang hati, Baginda Ratu.” Balas Narendra sopan. Narendra melayangkan senyumannya ke arah Matthew yang kini berada di posisinya. Matanya masih takjub dengan bangunan villa yang begitu mewah seperti bangunan kuno.
“Kak Nana, Kamal boleh langsung masukkan. Waah.. Ini pertama kalinya Kamal liat rumah segede ini.” Kamal begitu takjub dengan matanya mengitari sekitar villa.
“Ya sudah ayo kita masuk semuanya.” Ajak Matthew melangkahkan kakinya masih merangkul lengan Narendra. Seolah-olah mendapat persetujuan dari sang pemilik, tanpa mau berlama lagi Kamal langsung berlari memasuki pintu villa yang telah terbuka.
“Kamal hati-hati!”
Narendra begitu malu ketika keponakannya — Kamal langsung melenggang masuk. Matthew, Jeffrey yang kini berada di samping Narendra hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak laki-laki itu.
Tak berbeda dengan Jevano yang tepat berada di belakang mereka tengah menatap ke arah Narendra dan Kamal secara bergantian. Tatapan matanya yang tak suka akan tingkah kedua anak lelaki itu membuatnya malas berada disana.
Mungkin, jika bukan karena perintah kedua orang tuanya. Sekarang dirinya sudah melenggang pergi bersama ketiga teman-temannya. Karena menurutnya tempat itu adalah tempat kutukan untuknya.
“Apa ada yang salah Pangeran?” Tanya Marcus heran.
“Tidak ada. Saya pergi dulu sebentar,” Jevano kembali menggunakan kacamata hitam yang bertengker di saku jaket kulit berwarna hitam miliknya melenggang pergi memasuki mobil miliknya meninggalkan Marcus dan para pengawal lainnya yang masih mematung.
Di dalam villa, sudah ada Narendra, Kamal, Matthew dan Jeffrey yang tengah bersantai di sofa ruang depan yang lumayan besar yang penuh dengan ornamen-ornamen lukisan kerajaan di dinding..
“Jadi Kamal ini keponakannya kamu, Na?”
“Betul Baginda Raja,” balas Kamal sopan.
Matthew menatap ke arah Narendra yang sedari tadi hanya menatap ke arah Kamal. Sepertinya ia tahu jika Kamal adalah kebahagiaan Narendra saat ini walaupun dia tidak mengerti apa permasalahan mereka tapi Matthew akan mencoba memberikan kebahagiaan anak itu di Istana.
Matthew yakin akan hal itu. Kamal menghela nafas sambil menatap ke arah Narendra dengan perasaan sedih seolah-olah ingin sekali memberikan kebahagiaan kepada kakak sepupunya.
“Aku udah anggap Kak Nana itu seperti kakakku sendiri. Walaupun dia bukan saudara kandungku.” Jelas Kamal sambil menatap ke arah Narendra yang duduk di samping Matthew.
“Bukan kakak kandung?” Tanya Jeffrey pura-pura tidak tahu.
Kamal menganggukan kepalanya, “Betul Baginda. Kak Nana itu di adopsi mama sama papa dari panti asuhan.” Kamal berlanjut menatap Narendra, “Kak Nana di adopsi untuk memancing agar mama bisa punya anak. Dan akhirnya Kamal lahir kedunia ini.”
“Orang tua kandung kamu kemana, Na?” Tanya Matthew menimpal penjelasan Kamal. Narendra bungkam dengan wajah ia tundukkan tanpa mau menatap ke arah Baginda Raja dan Ratu. Matthew menyadari hal itu, ia segera mengenggam tangan menantu kesayangannya.
“Kalau kamu belum mau cerita, sudah jangan dipaksakan. Lebih baik kamu ke kamar saja. Harsa ayo antar Nana ke kamarnya dan Kamal juga!” Perintah Matthew kepada Harsa yang sudah berada di belakang kursi Narendra duduk.
“Baik Baginda Ratu. Silahkan Tuan Muda, Na.” Harsa mempersilahkan Narendra untuk berjalan mengikutinya. Narendra masih terdiam menatap ke arah Matthew dan Jeffrey bergantian. Ia seperti mendapat keberuntungan kali ini bisa menjadi anggota keluarga kerajaan. Semuanya terasa seperti mimpi, namun, lelaki itu yakin ini semua nyata dan memang nyata.
Setelah selesai dengan aktivitasnya, Narendra tersenyum ke arah Matthew sambil mengeluskan tangan sang Baginda Ratu, “Kalau begitu saya permisi terlebih dahulu Baginda Raja dan Ratu.”
“Silahkan Narendra, beristirahatlah.” Setelah mendapatkan jawaban dari Baginda Raja dan Ratu. Dengan perlahan Narendra bangkit dari duduknya dengan dibantu Matthew dan Kamal. Padahal dirinya masih kuat untuk berjalan tapi kenapa seolah-olah ia diperlakukan seperti orang lemah.
“Terima Kasih Baginda,” Ketika Narendra melangkahkan kakinya mengikut Harsa yang sudah terlebih dahulu berjalan menuju kamarnya nanti. Tiba-tiba Jevano melenggang masuk tanpa ada rasa bersalah dan duduk di samping sang Baginda Ratu duduk.
“Jevano baru dari mana saja kamu?” Tanya Jeffrey menatap ke arah Jevano yang hendak duduk di samping Matthew.
Pandangan Narendra terhipnotis seolah-olah penasaran dengan apa yang dibicarakan dengan Jevano dan kedua orangtuanya. Namun seharusnya ia tidak perlu ikut campur urusan orang lain.
“Ada apa Tuan Muda, Na?” tanya Harda heran karena Narendra menghentikan langkahnya.
“Ayo Kak Nana, aku penasaran kamar Kakak!” Ajak Kamal mendorong badan Narendra.
Narendra yang terkejut langsung melangkahkan kakinya tanpa menjawab terlebih dahulu ajakan keponakannya itu. Ia tersenyum karena sifat Kamal masih sama seperti dahulu.
Sama ketika mereka berdua sedang bermain bersama ketika masih kecil. Saling melindungi dan saling memberikan kebahagiaan. Narendra berharap kebahagiaan ini akan berlangsung lama dari mulai saat ini hingga ia tua nanti.