Tw // mention of kiss // Kissed scene // love //
Matahari pada sore hari itu sudah menunjukkan akan bergantinya dengan suasana malam hari. Seorang lelaki manis baru saja memasuki area ruang tamu dari gedung tersebut yang sangat luas untuk dipijaki.
Lelaki manis itu adalah Narendra. Ia terus melangkahkan kakinya melewati lorong demi lorong dengan diikuti Harsa — asisten pribadinya dan juga dayang-dayang istana.
Hingga langkah kakinya terhenti di sebuah pintu besar dengan motif kayu aksen kerajaan menutupi ruangan tersebut. Narendra membalikkan badannya menghadap semua orang yang mengikutinya.
“Sekarang kalian boleh istirahat. Gua mau istirahat dulu. Lu juga, Sa, sana me time sama Marcus!” Perintah Narendra seraya mengusir mereka untuk tidak menganggunya.
“Tapi Tuan Muda—”
“Udah gua nggak apa-apa. Ada si Jepan kan di kamar?”
Harsa menganggukan kepalanya mengerti, “Baiklah, kalau begitu kami permisi dahulu.”
Narendra menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Ia mulai membuka pintu kamarnya dan memasuki ruangan yang sehari-harinya ia gunakan untuk melakukan istirahat dari lelahnya aktivitas kenegaraan.
Ketika berada di dalam kamar, lelaki manis itu tidak mendapati suaminya — Jevano ada di sana. Tempat tidurnya kosong, namun terdengar suara shower dari arah kamar mandi menyala. Sudah dipastikan jika Jevano ada di dalam sana. Tidak ingin berlama lagi, dirinya menuju ruang ganti pakaian dan hanya menggenakan celana pendek sepaha berwarna pink dengan kaos kebesaran berwarna putih.
Jevano keluar dari dari kamar mandi hanya menggenakan handuk yang melingkar di pinggangnya. Manik matanya menelisik ke arah Narendra yang tengah membersihkan wajah.
“Kapan kamu pulang? Kenapa saya tidak tahu?” Tanya Jevano sambil mengambil kaos putih miliknya di dalam lemari lalu menggenakannya.
“Tadi waktu lu mandi. Udah mandinya? Gua mau mandi,” Narendra berdiri dari duduknya di atas kursi tualet. Namun langkahnya terhenti ketika tangan melingkar tepat pada pinggangnya. Deru nafasnya terasa di kit leher Narendra, membuat lelaki itu bergedik ngeri.
“Jep.. Lu keen..p..a? Ta..ddii di.. imes.. lu mau ngo..mong ap—a?” Lanjut Narendra terbata-bata karena pelukan Jevano yang begitu erat menurutnya.
Terkejutnya bukan main mendapatkan perlakuan suaminya itu yang tiba-tiba menjadi se romantis ini. Padahal ia tahu jika kemarin suaminya itu sangatlah cuek bahkan terkesan tidak peduli dengan apa yang akan ia lakukan.
“Na, saya salah,”
“Maksud lu?”
“Sayaa..” Bukannya melanjutkan ucapannya, Jevano malah membalikkan badan Narendra dan mendaratkan bibirnya di atas bibir pink milik lelaki manis didepannya.
Awalnya hanya saling menempel saja namun secara perlahan Jevano mulai menggerakan bibir nya intens, pangutannya menggema di seluruh isi ruangan kamar. Tanpa di sadari ternyata Narendra membalas panggutan tersebut tanpa menolak sama sekali.
Kini mereka berdua sudah berada di atas tempat tidur dengan posisi Jevano menindih badan Narendra tanpa mau saling melepaskan bibir mereka masing-masing. Narendra melepaskan lumatan bibirnya, “Lu kenapa?”
Jevano hanya terdiam tak menjawab pertanyaan lelaki di depannya. Manik mata nya terus menelisik wajah manis milik suami nya.
“Jawab, bukannya diem!! Lu tiba-tiba cium gua, peluk gua. Maksudnya apaan? Kemarin lu bilang sukanya sama perempuan!!” hardik Narendra tidak menghentikan ucapannya.
Setelah berbicara Narendra terdiam sejenak, namun kembali menatap mata Jevano dengan menampakkan wajah kesalnya, “Sekarang bilang salah. Jadi mana yang bener?!!”
“Saya memang salah, Narendra. Ternyata selama ini saya mencintai kamu. Dan mulai detik ini saya ingin menjaga kamu, melindungi kamu dan adik kamu.” Jawab Jevano dengan wajah memelas.
Narendra terpaku ketika mendengar jawaban Jevano yang terlalu tiba-tiba menurutnya. Lelaki manis itu tidak tahu sama sekali jika selama ini suaminya itu diam-diam memberikan perhatian kepada nya sejak awal saat berada di Istana. Bahkan tanpa di sadari juga, keduanya memang sudah saling menyukai namun gengsi meliputi semua yang ada pada diri mereka masing-masing.
Jevano terdiam hendak melepaskan diri dari badan Narendra namun tangan suami nya itu dengan segera menahannya, “Iya. Gua juga suka sama lu.” bisik Narendra dengan cepat.
“Apa? Saya nggak dengar,” Narendra menghembuskan nafasnya, “Gua cuman ngulang sekali lagi. Kalau udah sekali itu hangus.”
“Saya becanda.”
“Jevano!!”
Saat ini jika bisa digambarkan perasaan Jevano sangat bahagia. Cinta nya tidak bertepuk sebelah tangan, ternyata lelaki itu juga menyukai dirinya. Ia melayangkan kecupan manis pada kening Narendra dan berlanjut memberikan pelukan hangat dengan begitu erat.
“Terima kasih Na,”
“Se..see..k, No.”
“Maaf saya, terlalu keras.”
Dengan segera Jevano merenggangkan pelukan agar Narendra dapat bernafas. Akan tetapi manik matanya tidak pernah lepas dari pandangan mata Narendra.
Manik mata nya tidak pernah lepas sejengkal pun dari wajah manis milik Narendra. Bahkan jika bisa dikatakan, dirinya begitu candu pada arah bibir didepan nya seolah-olah ingin menerkam saat ini juga.
•••••