Ngasih makanan

Untuk kesekian kalinya Arseno dalam keadaan hati yang tidak baik. Apapun yang dilakukan oleh karyawan di kantornya itu tidak akan baik. Padahal sang karyawan tidak melakukan kesalahan sama sekali dalam pekerjaan. Bahkan sang asisten—Haikal pun tidak luput dari amukanya.

Seperti halnya sekarang, kini Arseno tengah berkacak pinggang sambil mengedarkan pandangannya ke arah beberapa para karyawannya yang menundukan kepala takut karena sang atasan yang sedang naik pitam. Mereka tak mengerti kesalahan apa yang mereka perbuat, sehingga membuat Arseno mengamuk.

“Mana hasil kerja kalian? Mana? Sudah lebih dua bulan, saya menunggu untuk proyek besar ini. Tapi kenapa tidak ada satu pun laporan yang saya terima??!!!” Amarah Arseno semakin memuncak ketika salah satu karyawannya menyela.

“Maaf Pak tapi mereka ingin menun ...” sela karyawan takut.

“Kenapa bisa begitu? Harusnya kalian pikirkan agar mereka mau deal. Begitu saja tidak bisa!!”

“Pokoknya saya tidak mau tahu, minggu depan kalian harus goalkan proyek ini. Jika tidak kalian tanggung akibatnya, paham??!!” lanjut Arseno final.

“Paham pak,” balas seluruh karyawannya. “Ya sudah kalian boleh keluar sekarang.”

Seluruh karyawan yang ada di dalam ruangan itu mengikuti atas arahan sang atasannya. Sampai tinggal lah Arseno dan Haikal di sana. Tetapi pintu ruangan kembali terbuka, terlihat sesosok Naufal dan Raja berjalan menghampiri kedua sahabatnya.

“Sen, makan yuk!” Ajak Naufal berusaha meleraikan suasana.

“Udahlah Sen, lu jangan marah-marah mulu sama karyawan. Kasian.” sergah Raja.

Arseno mendelikan matanya tak suka. “Kerjaan belum ada satu pun yang beres, jelas gua marah.” Kata Arseno tak terima.

“Eh kan aing lupa mau ngomong sesuatu sama si obos,” sela Haikal.

“Naon (apa)?” tanggap Naufal penasaran.

“Hmm.”

“Oboss, tadi aing lihat bu boss aya di cafe sebrang papanggih jeung lalaki tapi teuing saha. Asa apal siah, (Oboss, tadi gua lihat bu boss di cafe sebrang ketemu sama laki-laki tapi nggak tahu siapa. Kaya kenal)” Arseno mematung seketika.

Ucapan asisten pribadinya mampu membuatnya tak bergeming, selama ini yang ia tahu jika Ginela akan diam di rumah. Keluar pun hanya sekedar bertemu dengan sahabatnya.

“Aing jadi penasaran,”

“Sarua. (Sama)”

“Penasarannya nanti lagi, ayo kita makan. Jadi nggak nih makannya?” lerai Raja menahan lapar.

“Ya udah ayo.” Final Arseno membereskan semua file-file pada meja kerjanya dan beranjak dari duduknya, berjalan menuju pintu.

Ketika hendak menuju pintu lift, arah pandangannya menangkap seseorang yang ia kenali. Tak lain adaah supir pribadi yang selama ini ia perintah untuk menjaga Ginela.

Naufal yang penasaran kenapa atasannya itu berhenti langsung menatap ke arah mata Arseno.

“Aden, ini saya mau memberikan makan siang dari Neng Nela,” ujar sang supir yang tak lain adalah Mang Ujang.

“Waaah.. Atuh meuni kebetulan pisan, mang, kita mau makan siang.” Naufal mengambil kedua tas belanja tersebut.

“Sumuhun, Aden Naufal. Ini saya bawa makanan dari neng Nela katanya untuk aden Arseno takut belum makan,” jelas Mang Ujang memberikan tas pada Naufal.

Naufal yang merasa di beri langsung menyambarnya tanpa peduli sang majikan ada di sana saat ini.

Arseno masih terdiam di tempat menatap ke arah kedua keranjang berisi kotak makanan yang entah apa isinya. “Ginelanya dimana?”

“Neng Nela ada di bawah Aden, mau nunggu aja di mobil katanya. Punten atuh Aden, Mang Ujang pulang dulu, kasian Neng Nela kepanasan di mobil.”

Arseno menganggukan kepalanya dengan acuh. Sebenarnya ia ingin sekalu menemui Ginela saat ini, namun apa daya gengsi dan rasa cemburu yang begitu besar membuat Arseno mengurungkan niatnya untuk menemui sang istri.

“Hati-hati ya, Mang. Tolong jaga Ibu Boss.” Timpal Haikal memastikan supir majikannya mengantarkan dengan aman.

“Siap atuh, aman sama Mang mah,” canda Mang Ujang sambil berjalan pergi keluar dari kantor Arseno yang berada di lantai 10.

Naufal melambaikan tangannya pada Mang Ujang yang sudah menghilang dari pandangannya.

Setelah sang supir pergi dari sana. Arseno dengan cepat menyambar kedua kantung makanan yang ada di tangan Naufal. Ia melangkahkan kaki kembali memasuki ruangannya meninggalkan ketiga para sahabatnya mematung.

“Woy, Arseno bagi-bagi!” pinta Naufal mengikuti Arseno berjalan.

“Pak Boss, aing mau.” Haikal ikut-ikutan meminta makanan.

“Kalau mau sini ikutin gua, ngapain diem di situ!!” Teriak Arseno sambil melenggos, dan membuat Haikal, Naufal dan Raja terbirit-birit berlari untuk memakan masakan gratis tanpa harus mengeluarkan uang sedikit pun.

•••••