Ngungkapin perasaan
“Kalian nggak mau makan dulu sebelum pulang?” Ginela menawari ketiganya untuk makan malam di sana.
Namun dengan cepat Haikal menolaknya, “Nggak usah bu, mangga atuh bu kita pamit.”
“Ya udah hati-hati kalian,”
“Siap bu boss.”
Ginela tersenyum ketika melihat Haikal, Naufal dan Raja sangat akrab satu sama lain, bahkan membantu satu sama lain. Perempuan itu pun merasa terlindungi dengan kehadiran tiga sekawan yang juga bersahabat baik dengan sang suami.
Pandangan Ginela kini tertuju pada Arseno yang masih tertidur dengan posisi terlentang. Ia kesulitan membenarkan posisi tidur sang suami karena perutnya yang semakin membesar. Namun, perlahan Ginela mampu membenarkan posisi tidur, tak lupa juga melepas jas dan sepatu yang masih di pakai sang suami.
Ketika hendak pergi dari sana, Ginela merasa ada yang menahan mengenggam tangannya. Perempuan itu menoleh, ternyata Arseno mengenggam tangannya dengan mata memohon agar dirinya tak pergi dari sana.
“Jangan pergi,”
“Gua mau ambil susu buat lu.” Bukannya mengizinkan, Arseno malah menarik tangan Ginela hingga membuat perempuan itu menimpa badannya.
Arseno mengungkuh badan Ginela dari belakang, seolah-olah tak ingin lawannya pergi. “La, kamu nggak akan balik lagi sama Ghazi kan?” “Lepasin dulu No, nggak enak posisinya,”
“Jawab dulu.”
Ginela menghela nafas.“Lu maunya gua gimana?” mencoba melepaskan kukuhan tangan Arseno.
“Aku mau kamu jangan balik lagi sama Ghazi,” potong Arseno melepaskan tangannya dari badan Ginela. “Aku mau kamu tetap di sini.” Ginela terkekeh, dan membuat Arseno terheran lalu membalikkan badan perempuan itu untuk menghadapnya. Namun sejurus kemudian, perempuan itu dibuat kelipungan oleh perlakuan pria itu yang dengan sengaja mencium kening, hidung dan pipinya.
Keduanya kembali terdiam, saling beradu pandangan. Ginela yang merasa salah tingkah, malah mengalihkan pandangannya tak berani untuk memandang mata Arseno. Dengan cekatan, posisi keduanya berubah, kini lelaki itu menindih badan sang istri.
“No, lu mau ngapain? Perut gua ke teken!” ucap Ginela sedikit kesakitan.
Arseno tak menjawab ucapan Ginela, ia malah memegang dagu perempuan di depannya agar menghadap padanya. Sedikit demi sedikit agar tak menindih perut besar Ginela, Arseno mendekatkan wajahnya pada bibir Ginela. Ginela langsung memejamkan matanya ketika bibir Arseno mendarat dengan sempurna pada bibirnya. Tak lama kemudian, bibir pria itu bergerak dengan intens, di selangi dengan decapan menghiasi seluruh ruangan.
Arseno melepaskan lumatannya sebelum Ginela akan membalas lumatan bibir pria itu. Senyuman tidak lepas dari wajahnya ketika melihat sang istri memejamkan matanya. “I love you.” lalu kembali melumat bibir manis itu.
Ginela membalas lumatan bibir Arseno yang semulanya sangat lembut, akan tetapi berubah menjadi nafsu dan begitu kasar. Hingga tanpa terasa pakaian keduanya berserakan di mana-mana, bahkan terdengar dengan jelas suara-suara menggema di seluruh ruangan.
•••••