Part II

Keesokan paginya, matahari sudah menampakan keindahannya dari ufuk timur, tetapi kedua insan masih setia berada di tempat tidur tak mau saling melepaskan diri. Matanya keduanya masih asyik terpejam padahal waktu telah menunjukan pukul tujuh lewat lima belas menit. Namun pendengaran sang pria terusik karena suara ponsel terus berdering tanpa henti. Dengan mata masih terpejam sosok yang pria yang tak lain adalah Arseno itu mengambil ponsel pintar itu tanpa mengetahui siapa yang telah menganggu tidur panjangnya.

“Bu..Buu..” Mata Arseno memicing ketika mendengar suara yang tak asing menurutnya, mau tak mau ia membuka matanya untuk melihat siapa pemilik suara itu.

Nama 'Ibun' tertera di sana, Arseno menebak ternyata itu ponsel milik sang istri. Ia kembali di kejutkan dengan suara yang sama berbicara dari sebrang sana.

“Yah, yah..”

“Halo, Nela. Kamu sudah bangun? Maaf tiba-tiba Ibun manggil kamu, Ibun seneng banget Arga udah bisa bicara.. Nak kamu di situ..”

“Selamat Pagi Ibun, ini Arseno. Ginela belum bangun. Sepertinya kelelahan,”

“Ya ampun, maaf Ibun menganggu. Di sana pagi ya sekarang?”

“Iya Ibun pagi. Ibun maaf Seno mau denger lagi suara Arga,” sanggah Arseno ingin mendengar suara sang anak. Terdengar dari sebrang sang mertua yang tengah mengajarkan cucunya untuk kembali berbicara. Senyuman Arseno menggembang ketika mendengar suara familiar milik anaknya, betapa rindunya ia dengan Arga. Pria itu jarang sekali memiliki waktu untuk sang anak karena kesibukannya di kantor.

“Eughh.. Sayang..” Ginela yang baru saja terbangun, menatap ke arah sang suami tanpa melepaskan senyuman manisnya dari sang empu.

“Selamat pagi babe,”

Dikecupnya kening sang istri dengan rasa sayang. Penantian selama ini tidak sia-sia mengukuti apa kemauan sang Mama untuk menggantikan sang adik menikah. Arseno tak pernah menyesali semuanya.

“Aku kaya denger suara Arga,”

“Memang itu suara Arga, dia udah bisa manggil Ibun sama Yayah.”

Mata Ginela membulat dengan sempurna ketika mendengar ucapan Arseno. Tanpa berfikir lama lagi, ia langsung menyambar ponsel yang ada di tangan sang suami.

Arseno tersenyum sambil menatap ekspresi wajah sang istri yang begitu bahagia mendengar suara sang anak. Bagaimana tidak, seorang ibu menunggu akan hal ini. Pria itu tidak berhenti mengelua surai hitam panjang milik sang istri dengan tangan kanannya.

Hingga sampai akhirnya air mata tak lolos dari mata indah Ginela. Isakan haru tak henti-hentinya dari wajahnya. “Jangan nangis sayang,” ujar Arseno khawatir.

“Aku terharu No. Baru kali ini denger suara Arga manggil aku Ibu,” balas Ginela tak berhenti menangis.

CUP

“Ihh.. Jangan di kecup aku nya, aku lagi nangis,”

“Abisnya kamu nangis terus. Udah dong sayang. Oh iya, gimana kalau kita studio Disney?” ajak Arseno mengalihkan pembicaraan agar Ginela tak lagi menangis.

Ginela menganggukan kepalanya masih sesegukan, “Ayo, aku mau.”

“Jangan nangis lagi, hmm,”

“Ya udah aku siap-siap dulu.” Ginela bangun dari posisinya dan siap-siap untuk mengambil piyama tidurnya bergegas menuju kamar mandi.

“Gimana kalau kita mandi bareng?” usul Arseno. “Nggak, bahaya kalau mandi bareng. Nanti malah jadi nggak mandi!!!” jawab Ginela berjalan dsngan cepat masuk ke dalam kamar mandi dan menghiraukan panggilan sang suami yang semakin mendekat di pintu kamar mandi.

Takut Arseno masuk ke dalam, dengan cepat Ginela kunci pintu kamar mandi dan langsung melangsungkan aksinya untuk membersihkan dirinya.

Sementara Arseno yang diluar sana masih tertawa karena melihat sang istri yang ketakutan padanya.

Padahal kita tahu, jika semua itu tak akan kembali terjadi walaupun pikiran manusia tidak ada yang tahu. Apalagi Arseno seorang laki-laki normal memiliki rasa nafsu jika bersama Ginela.

•••••