#Prolog

Kerajaan Altaro

Malam itu, petir terus menyambar langit menciptakan suasana yang begitu mencekam. Sehingga membuat siapa saja takut akan hadirnya. Di sebuah Istana nan megah pada zamannya terlihat seorang Pria dengan gagahnya duduk di kursi singgasana kursi kerajaan. Rambutnya yang berwarna putih terang terlihat ia seperti seorang kakek, dan juga tak luput jubah merah menyelimuti tubuhnya.

Tatapan tajam ia hujamkan pada sumber suara didepannya. Perasaannya begitu menggebu-gebu namun terlihat mencengkram tengah menunggu seseorang dari balik pintu. Terdengar suara dayang istana memberikan kabar jika seseorang yang ia tunggu itu datang. Entah membawa kabar baik atau kabar buruk. Pintu terbuka dengan lebar. Wajahnya yang sedari tadi terlihat begitu suram seketika berubah menjadi sumringgah bahagia. Ia berdiri sambil manik matanya tak lepas dari pandangan seorang lelaki dengan pakaian serba hitam yang kemudian berdiri tepat di depan sang pria berjubah.

“Baginda Raja Andrew,” panggilnya sambil menundukkan wajahnya memberi hormat.

“Bagaimana?” Andrew berjalan turun dari kursi singgasananya mulai menghampiri pengawalnya. Ia begitu tak sabar dengan hasil berita yang telah diperintahkan. Ia berharap mendapakan hasil yang baik kali ini, bukan jawaban yang membuatnya kembali bersedih seperti dahulu kala.

“Semua sudah beres Baginda, mereka telah menerima amplop hijau yang anda berikan,” jawab pengawalnya dengan lembut, namun menimbulkan kesan tegas di dalamnya. Tepat sekali. Itu jawaban yang Andrew inginkan.

“Bagus. Kita harus menyelamatkan anak itu. Kita harus bisa menjauhkan dia dari kejahatan di luar sana.” Andrew tersenyum sambil kembali menaiki tangga menuju kursi kebanggaannya. “Dan juga tolong ingat dan catat perkataanku ini!” lanjutnya memberikan perintah kepada pengawalnya.

“Baik, Baginda,” jawab sang pengawal sambil menundukan wajahnya sopan.

“Semua yang ada di dalam amplop harus tersampaikan pada anak itu, karena semuanya sangatlah penting. Dan juga jika nanti dia sudah dewasa, tolong perintahkan kepada bawahan untuk menjemputnya. Kau sudah tahu akan hal ini. Jadi tolong sampaikan jika aku tak ada nanti.” Perintahnya sambil tersenyum membayangkan masa depan nanti. “Bukan hanya kau yang harus tahu. Tapi juga anak-anakku, kau sudah pegang pasangannya?”

“Sudah Baginda.”

“Bagus. Kalau begitu kau boleh keluar sekarang!” Lanjut Andrew dengan bahagia.

“Baik baginda!” Balas sang pengawal mulai berjalan mundur secara perlahan meninggalkan ruangan sang baginda.

Selepas kepergian sang pengawal. Dengan wajah yang begitu bahagia, di dalam pikirannya sudah banyak hal-hal yang akan ia kerjakan di masa depan nanti. Andrew hanya berharap jika semuanya akan berjalan dengan lancar di saat waktunya telah tiba tanpa ada hambatan menghalangi rencananya.

•••••