Sebuah gedung Rumah sakit sudah dipadati oleh lautan manusia ada yang akan berobat di sana ataupun hanya menjenguk sanak saudara yang sedang sakit. Sederetan mobil berhenti tepat di depan lobby rumah sakit. Banyak pria tegap dengan pakaian serba hitam turun dari mobil dan siap mengawal para tuannya.
Narendra dan Jevano yang berada dalam satu mobil mulai menatap ke arah luar yang sudah banyak para bodyguard di sana. Lelaki manis itu merasa takut untuk masuk ke dalam rumah sakit. Sungguh dirinya belum siap menghadapi kenyataan.
Narendra memang berharap jika Jaeden itu adalah orang tua kandungnya. Ia pun ingin merasakan kebahagiaan bersama kedua orang tua nya walaupun ia tahu Jevano dan keluarga nya di Istana sudah memberikan segala nya.
“Tidak apa-apa, Na. Ada saya disini,” Jevano mengusapkan tangannya pada jemari Narendra.
“Tapi..” balas Narendra cemas.
“Apapun yang sudah diputuskan kamu harus terima. Bukankah kamu ingin bertemu orang tua kandung kamu?”
Narendra menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Jevano benar, ia memang ingin bertemu dengan kedua orang tua kandung nya. Ini kesempatan bagus untuk nya. Seharusnya diri nya senang bukan sedih seperti ini bukan.
“Ayo kalau begitu kita turun!” Ajak Narendra dengan wajahnya yang berubah menjadi senyuman bahagia. Setelah berbincang lama di dalam mobil. Dengan hati-hati Narendra dan Jevano melangkahkan kakinya memasuki lantai rumah sakit untuk melakukan rangkaian test.
Marcus dan Harsa memimpin kedua pasangan untuk menunggu agar bisa melakukan rangkaian test terlebih dahulu sebelum menjalani ke tahap selanjutnya.
Narendra menatap ke arah Jaeden dan Naura yang tengah duduk tak jauh dari nya duduk. Ia masih tak menyangka akan bertemu dengan kedua orang tua nya dengan keadaan seperti ini. Padahal yang lelaki manis itu tahu jika kedua orang tua nya sudah meninggal.
“Tuan Muda Narendra dan Tuan Jaeden Mahapraja?” Panggil seorang suster yang keluar dari sebuah ruangan yang tak begitu besar.
Merasa dipanggil namanya masing-masing. Baik Narendra dan Jaeden secara tak sadar menoleh ke arah suster bersamaan.
“Kalau begitu mari kita lakukan test nya Tuan.”
“Baik Suster.”
“Baik Suster.”
Jawaban keduanya sukses membuat Jevano dan Naura tercenggang bukan kepayang. Mereka berdua itu seperti kembar dan takdir yang disatukan untuk bersama.
“Saya yakin, Na. Jika dia memang ayah kandung kamu.” batin Jevano menatap ke arah kedua nya yang masuk ke dalam ruangan test.
Sama akan halnya Jevano. Batin Naura mengatakan jika Narendra adalah anaknya. Kesamaan sangat melekat pada kedua nya. Ia tidak lagi mau mengelak hal itu.
Selang beberapa menit Narendra dan Jaeden memasuki ruangan. Pintu terbuka dengan lebar, suasana tegang meliputi ruang tunggu. Jevano yang awalnya duduk sambil berdoa kepada maha kuasa. Badannya kembali tegak dan senyuman di wajahnya mengembang ketika mendapati sang suami keluar dari sana.
“Noo..”
Di rengkuhnya badan mungil yang telah menjadi jantung hati bagi dirinya dengan erat. Tak lupa juga ia mengusap surai lembut milik Narendra untuk menyalurkan betapa sayang nya lelaki itu.
“Tidak apa-apa apapun hasilnya kamu pasti kuat sayang.” Perkataan itu sukses membuat Narendra terharu. Bagaimana pun juga ia sangat lemah jika, hati nya akan terenyuh jika berada di keadaan seperti ini.
Orang-orang bisa saja menilai Narendra kuat. Tapi sebenarnya itu hanya mereka lihat dari sisi luar nya. Dari sisi dalam nya belum tentu seperti itu.
•••••