Setelah mengirimkan pesan kepada Jevano — suaminya. Narendra kembali menegakkan dirinya menatap ke arah brangkar tempat tidur rumah sakit yang terdapat seorang wanita paruh baya dengan rambutnya yang putih dengan keadaan yang lemah. Narendra sungguh iba kepada wanita patuh baya itu yang tiba-tiba hendak menyebrangi jalan namun seorang diri. Tidak ada orang yang membantu dirinya, bahkan aparat setempat pun tidak ada berjaga disana. Hingga pada akhirnya nalurinya berkata, ia langsung membawa wanita itu ke rumah sakit.
Entah kenapa pihak rumah sakit langsung mengetahui siapa wanita paruh baya itu tanpa harus mencari tahu terlebih dahulu. Narendra merasa aneh dengan semuanya, karena ketika ia berada di Istana Altaro tidak seperti ini. Namun dia tidak mau ambil pusing lagi, masa bodoh dengan hal-hal kecil seperti itu. Yang penting wanita paruh baya di hadapannya itu bisa selamat.
“Ok, thank you.” Suara itu membuat Narendra terusik. Dirinya segera menegakkan badannya.
Sebelum menghadap ke arah sumber suara, lelaki manis yang merupakan permaisuri dari Pangeran Jevano membenarkan wajahnya yang tak sengaja ketiduran disana. “Sorry boy, you bring my mot..” Perkataan wanita itu terhenti ketika menatap mata Narendra.
Narendra kebingungan saat Wanita di hadapan nya hanya terpaku menatap dirinya sambil menghampiri nya. Perlahan tangannya mulai mengelus pipi putih milik lelaki manis itu.
Tak beberapa lama, tiba-tiba datang seorang Pria yang berperawakan atletis dengan pakaian coat coklat yang pas di badannya memasuki ruang rawat di mana yang ada Narendra dan wanita tadi.
“Honey, look at him. He looks like Narendra. We son.” Ujar Wanita tadi bahagia.
Narendra yang kebingungan dengan wanita di hadapannya berbicara dengan bahasa yang sulit ia mengerti. Bola matanya memutar mencari cara agar bisa menjawab ucapan wanita itu.
“Kenapa wanita itu nyebut nama gua?” gumam Narendra heran.
Pria itu melangkahkan kakinya menghampiri Narendra. Sama seperti wanita tadi, ia menatap wajah Narendra kemudian memeluk badan Narendra dengan erat. Jevano yang baru saja datang terkejut ketika ada seorang Pria memeluk badan suami nya dengan begitu erat. Terlihat di sana dirinya ingin sekali marah namun tak bisa karena harus bisa menahannya.
Jevano harus paham jika saat ini, ia berada di rumah sakit yang notabenya harus memberika ketenangan pada para pasien.
“No, tolongin.. Uhuuk.. Sakit.”
“Sorry can you let go of the hug from my husband? He's not comfortable with it.”
Mendengar suara Jevano, Pria itu langsung melepaskan pelukannya. Ia terkejut ketika melihat lelaki gagah di hadapannya yang tak lain adalah seorang Pangeran berada di Maldives saat ini.
“Jevano Bagaskara Altaro?” Tanya nya mencoba meyakinkan.
“Yes. You know me?” Jevano bertanya balik.
“Sudah besar kamu. Padahal dahulu saya bertemu dengan kamu masih berumur 2 tahun,” Jawab Pria itu membuat Narendra dan Jevano terkejut karena ternyata bisa berbahasa sehari-hari di negeri Altaro.
Jevano masih menatap pria itu dengan perasaan bingungnya, “Anda bisa bahasa Altaro? Dan anda kenal saya dimana?”
“Nama ayahmu Jeffrey Altaro dan Ibu mu Matthew, benar?” Balasnya masih membuat Jevano terpaku.
Jevano kembali menganggukan kepalanya, “Betul. Anda siapa?”
“Perkenalkan nama saya Jaeden Mahapraja dan ini istri saya Naura Mahapraja.” Perkenalannya masih membuat Jevano terkejut dan terheran karena terdapat nama marga Mahapraja yang sama seperti nama suami nya.
“Hah? Kenapa nama belakangnya sama kaya nama Nana?”
“Jadi nama kamu Narendra Mahapraja?”
“Betul itu nama saya,”
“Sayang, apa betul dia Narendra anak kita?” Tanya Naura pada Jaeden.
“Pasti dia Narendra anak kita sayang. Nama marga nya pun sama.”
Narendra melangkahkan kakinya berdiri di belakang Jevano berdiri. Ia yang sedari tadi menatap pasangan suami istri di hadapannya dengan perasaan takut. Sungguh di dalam fikirannya begitu kalut, ingin sekali pergi dari sana saat ini juga.
“No mereka siapa? Nana takut.” Bisik Narendra pelan.
“Tenang, Na. Ada saya disini.” Jevano berusaha menenangkan badan Narendra yang panik dan takut dengan situasi ini.
“Mana buktinya jika kalian memang orang tua kandung saya?” Tanya Narendra masih sembunyi di balik badan Jevano.
Jaeden tersenyum, “Saya tahu kamu terkejut kepada kami.” Jaeden menatap ke arah Narendra sambil mencoba menghampirinya, “Tapi kami bersumpah, tidak ada kebohongan disini. Jika ingin tahu, mari kita duduk terlebih dahulu. Nanti saya jelaskan siapa kami.” Lanjutnya sambil mengajak Narendra dan Jevano untuk duduk.
Sebenarnya Jevano terkejut dengan semuanya yang ia rasa sangat kebetulan. Dan sebenarnya dirinya juga penasaran dengan apa yang akan dikatakan Pria di hadapannya ini.
Sama akan hal nya dengan Narendra yang takut dengan situasi seperti ini. Tiba-tiba saja ada yang mengaku jika mereka adalah orang tua nya. Semua nya berada di luar nalarnya. Menurutnya Narendra semua nya ini tidak masuk akal.
Akan tetapi pada akhirnya, Narendra dan Jevano ikut duduk di hadapan pasangan suami istri yang katanya adalah orang tua kandung Narendra. Dengan begitu seksama pasangan muda mudi ini mendengar Jaeden yang mulai bercerita seluruh mengenai diri nya dan Narendra.
•••••