Suasana di dalam ruangan yang tak begitu luas dan juga kecil. Terlihat dengan jelas di sana terdapat beberapa orang yang sedang duduk di kursi berwarna coklat.
Narendra bersama dengan Sang suami — Jevano ikut serta duduk di bangku paling depan. Selain Jevano, di belakang Narendra ada kedua orang tua Narendra dan juga adiknya ikut berada di sana. Mata sayu Narendra menatap ke arah pasangan yang berada di dalam kaca yang sering digunakan untuk para tahanan mendapatkan kunjungan. Entah kenala hati lelaki manis itu tak tega melihat Joki dan Jaenab berada di dalamnya.
Padahal sudah sangat jelas jika kedua orang tua nya itu sudah berbuat jahat kepadanya.
“Na tolong maafkan kami! Kami tahu kamu sayang sama Kamal bukan?” pinta Joki dengan wajah nya yang memelas.
“Tapi perbuatan kalian tidak dibenarkan.” Jevano yang menjawab pinta Joki. Narendra masih bungkam sambil badannya memeluk Jevano tanpa mau menatap ke arah Joki dan Jaenab. Setelah mendengar pinta Joki ingin di keluarkan dari dalam penjara, ia sungguh di dalam hati nya tidak akan ada lagi rasa iba. Jaenab menatap tak suka kepada Jevano, “Kamu tahu apa soal kami dan Narendra? Dia anak kami,”
“Saya Ayah kandungnya.”
“Sampai kapan pun jika ada yang menyakiti Narendra dan Kamal akan berurusan dengan kami!”
Manik mata Naura terlihat sangat murka kepada Joki dan Jaenab yang masih menatap ke arah Narendra. Tatapan meminta tolong untuk diselamatkan, akan tetapi sama sekali tidak ada rasa dari sang empu.
“Jika kalian orang tua kandung Narendra, kenapa kalian menelantarkannya?”
“Tidak perlu kalian tahu urusan kami.”
Mikaela menghela nafasnya menatap Jaenab dan Joki, “Ada orang tua tega memperkerjakan anak sendiri.” Tak lupa ia menggelengkan kepalanya sambil menatap kedua orang di depannya, “Orang tua yang aneh!” Lanjut nya sambil memeluk badan sang kakak.
“Jangan ikut campur anak kecil!!”
“Berani anda bentak anak saya!!”
Narendra masih menyaksikan perdebatan antara kedua orang tua angkatnya dan orang tua kandung nya yang tak terima jika anak perempuannya ada yang membentaknya.
“Paman dan Tante harus menanggung akibatnya. Kalian seperti ini tidak hanya satu kali akan tetapi berkali-kali. Apa salah Nana sama kalian?” Tanya Narendra haru.
“Sudah jelas karena uang. Kita semua bahkan Kamal mau makan apa jika kamu tidak mencari uang,” Jawab Joki dengan pembelanannya.
“Kami juga harus bayar listrik dan air.” Jaenab pun tak luput ikut menjawab.
“Lalu kenapa tidak kalian saja yang kerja?” Pertanyaan yang terucap daru mulut Jevano membuat Joki dan Jaenab terdiam sejenak.
“Kenapa tidak jawab? Jawab saya bilang!!” Jaeden sudah naik pitam, ia tidak kuasa lagi menahan amarahnya yang selama ini anak nya selalu di sakiti.
Jevano mendenguskan nafasnya, “Kami kesini atas permintaan Narendra. Dia masih memiliki hati nurani padahal sudah jelas sekali kalian menyakitinya bahkan membuat Narendra menderita. Apa kalian kurang puas?!”
Narendra mencoba menenangkan Jevano yang tengah mencondongkan badannya pada kedua pasangan didepannya. Namun tetap saja Jevano kekeh dengan pendiriannya, mata melotot dan mulut masih mengeluarkan kata-kata yang membuat seisi ruangan terkejut melihatnya.
“Sudah No. Nana mau pulang!” Ajak Narendra tenang.
“Tidak bisa Na. Saya tidak toleransi kepada mereka berdua.”
“Nono, Nana mau pulang!!!” Mendengar teriakan Narendra yang melengking di telinganya dan juga orang-orang yang berada di sana. Tidak hanya melengkingkan suaranya, tangan lelaki manis itu menarik paksa kemeja milik sang suami untuk duduk di samping dirinya.
“Sudah Jevano kalian keluar saja dan tenangkan Narendra.” titah Naura mencoba menangkan Jevano dan Narendra.
“Kak Nana sama Kak Jevano sana pulang duluan aja. Dari pada di sini mumet!” Jevano mengenggam tangan Narendra dengan begitu erat mengiyakan perintah Mikaela. Namun sebelum bergegas, ia menatap ke arah Joki dan Jaenab secara bergantian, “Saya harap kalian mendapatkan ganjaran yang setimpal atas perbuatan kalian.”
Setelah mengatakan perkataan yang membuat Joki dan Jaenab bergedig ngeri. Dengan sopan dirinya ia berjalan keluar dari ruangan yang membuatnya sesak diikuti dengan Narendra dibelakangnya.
Lelaki manis yang berada di belakangnya menatap haru kepada punggung suami nya. Tangannya melingkar pada pinggang Jevano membuat langkah mereka berdua terhenti. “Terima kasih sudah hadir di hidup saya, No.” Jevano yang merasakan lengan suami nya melingkar di perutnya dengan segera mengelusnya secara lembut, “Sudah seharusnya saya menjaga kamu.”
“Tapi kita jangan pulang dulu ya!”
“Kamu mau kemana? Bagaimana jika kita jalan-jalan dulu di sini.”
“Ok, let's gooo.”
Dengan begitu riang Narendra melepaskan pelukannya dan berakhir menarik tangan Jevano untuk segera pergi dari sana. Menuruti permintaan sang suami mereka berdua kembali melangkahkan kaki pergi untuk melepaskan penat dari semua gangguan di sekitar.
•••••