// tw // bloody //
Seunit mobil jeep berwarna putih dengan di tambah cat berwarna putih berhenti tepat di depan sekapling rumah yang di sekitarnya kosong tidak ada rumah lain menemani rumah tersebut. Narendra keluar dari pintu kemudi mobil menatap ke arah rumah yang terlihat sangat kosong. Ia menatap ke arah ponsel miliknya yang memperlihatkan aplikasi maps sedang diri nya buka “Alamatnya udah bener. Tapi kenapa sepi?” gumam Narendra heran.
Tak mau berlama lagi, lelaki manis itu melangkahkan kaki nya memasuki rumah yang gerbang berwarna hitam pekat. Setelah Narendra melewati gerbang, ia mulai mengintip dari celah jendela siapa tahu ada Kamal di dalam sana.
Dan benar saja, nampak dengan jelas Kamal tengah terduduk di atas lantai dengan tangan yang terikat. Adik kecilnya banyak di kelilingi oleh para pria berbadan tegap dan balutan pakaian serba hitam. Lebih mengejutkan lagi, kedua orang tua angkat Narendra ada di sana seperti sedang membicarakan sesuatu yang tidak terdengar jelas oleh telinga Narendra.
“Kamal, gimana caranya kakak selametin kamu?” batin Narendra.
Narendra terdiam sejenak memikirkan cara untuk menyelamatkan Kamal keluar dari sana. Akan tetapi entah kenapa otak nya kali ini hanya memikirkan satu-satu nya cara yaitu menghampiri mereka melewati pintu depan. Hanya itu cara yang ia pikirkan sekarang.
Setelah lama berdiskusi dengan dirinya sendiri, lelaki manis itu membulatkan tekadnya untuk memasuki rumah melewati pintu depan.
Ketika lelaki manis itu hendak membuka pintu. Narendra di kejutkan ada sebuah tangan menggenggam tangannya juga. Kepalanya ia tolehkan pada pemilik tangan itu yang tak lain adalah salah satu penjaga di sana yang sekarang ikut menyeret Narendra masuk ke dalam gedung tersebut.
“Boss saya menemukan lelaki yang seperti boss perintahkan.”
Pria tersebut mendorong Narendra masuk ke dalam bangunan tersebut dengan begitu kasar. Tangan lelaki manis itu terikat ke belakang oleh tambang yang entah dari mana adanya.
“Lepasin gua!!” erang Narendra meminta dilepaskan.
“Diem lu!!” Teriak pria tersebut mendorong badan Narendra ke samping Kamal.
“Boss, saya mendapati dia ada di depan.”
Orang yang Pria itu panggil boss menolehkan kepalanya pada sumber suara dan mulai menghampiri Narendra yang terkujur samping Kamal.
“Hai, Na kita ketemu lagi. Tidak sangka saya kamu sampai datang kemari demi anak bengis ini?” Ujar Joki mencengkram pipi Kamal dengan kasar.
“Om kenapa lakuin ini? Kamal itu anak om!” Narendra mencoba menyadarkan orang di depannya yang tak lain adalah Joki — Ayah kandung Kamal.
Joki tersenyum kecut sambil tangannya menarik leher Narendra dengan keras, “Karena dia membangkang sama gua, lu tahu selama ini dia hanya belajar dan belajar tanpa mau mencarikan uang untuk gua dan ibunya. Oh iya gua ingat imess yang di kirim adik lu itu gua yang kirim!!”
“Lalu, om mau apa dari Nana?” tanya Narendra tenang.
“Lu kayanya tahu banget gua mau apa,”
“Siapa juga yang tidak kenal Om!!” Joki tertawa dengan begitu lantang ketika mendengar jawaban dari anak angkatnya itu seperti sudah tahu apa yang Pria itu inginkan. Bahkan tidak perlu diberitahu pun, Narendra sudah tahu jika Joki memang tidak berniat menganggap lelaki manis itu sebagai anak.
“Gua mau lu kasih gua semua duit yang ada di kerajaan.”
“Nana nggak bisa,”
“Lu harus bisa. Karena lu, gua jadi buronan kaya gini. Lu harus tanggung jawab!! Atau gua minta sama dia aja?” tanya Jaenab yang sekarang sudah ada di sana sambil menunjukkan foto Jevano pada Narendra.
Di sisi lain, Jevano yang kini sudah berada di dalam mobil samping Marcus yang tengah menyetir dan juga di jok belakang ada Mikaela yang juga tengah melacak keberadaan mobil milik Narendra.
“Kak Jevano itu bukannya mobil Kak Nana.” tunjuk Mikaela pada mobil jeep yang terparkir di pinggir jalan.
“Alamatnya juga di sini,” Kata Marcus melihat pada maps yang ada di tangannya.
“Berhenti Marcus!”
Marcus menepikan mobil yang ia kendarai. Sebelum membuka pintu Jevano menolehkan kepalanya ke arah belakang tempat adik dari suami nya itu berada di sana. “Mika kamu tunggu di sini dan jika bisa hubungi polisi.”
Mikaela yang mendapat perintah tersebut langsung menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Diri nya langsung mengambil ponsel miliknya dan menghubungi polisi dengan segera.
Jevano yang sudah merasa tenang meninggalkan Mikaela sendirian. Ia mulai keluar dari mobil serta diikuti Marcus yang berjalan di belakang sang Pangeran berjalan.
“Marcus, kamu cek pagarnya ada yang mencurigakan atau tidak?!” Jevano menatap ke arah Marcus yang berada di belakangnya.
Tanpa berfikir panjang lagi, Marcus berjalan mendahului Jevano dan memeriksa satu per satu apakah ada alat yang membahayakan di sana atau tidak.
“AAAAAA...” suara teriakan dari dalam rumah itu membuat Jevano dan Marcus terkejut bukan main.
Dengan cepat dua orang laki-laki tersebut langsung berlari dan mendobrak pintu depan yang langsung terbuka tanpa ada nya hambatan sedikit pun.
Dari arah dalam semua orang terkejut atas kehadiran lelaki asing yang tiba-tiba sudah berada di depan mata mereka. Entah siapa yang mulai terlebih dahulu, satu persatu langsung mengerubuni Jevano dan Marcus melayangkan perkelahian dengan tangan kosong.
Narendra yang melihat Jevano dan Marcus yang tengah melawan lima belas orang berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan. Ia sungguh ingin membantu suami nya itu. Dirinya tahu jika itu tidak mungkin dilakukan, tapi setidaknya ia tidak mau melihat Jevano terluka sedikit pun.
Satu persatu pria yang ada di sana membawa senjata mereka masing-masing. Ada yang membawa celurit, pisau, kayu balok bahkan ada juga yang membawa alat rantai berbahaya.
Darah semakin bercucuran, semua orang di sana tumbang tidak ada yang bisa berkutik sama sekali. Joki dan Jaenab yang sekarang hanya tinggal berdua saja mulai mengambil alih untuk membekap Narendra dan juga Kamal secara bersamaan.
“Jangan coba deket-deket kalau nggak mau Narendra bahkan Kamal mati di tangan kami!!” Perintah Joki membuat Jevano menghentikan langkah kaki nya.
“Bagaimana jika kita buat kesepakatan?” ucap Jevano sambil mendudukan bokongnya di atas lantai yang kotor.
“Kesepakatan?”
“Saya akan transfer sejumlah uang ke rekening kamu, asal kamu lepaskan Narendra dan Kamal.”
Jevano mulai mengeluarkan ponsel miliknya dan membuka sebuah aplikasi agar dirinya dapat mentransfer sejumlah uang pada Joki dan Jaenab.
“Awas jika kamu berbohong!”
“Ada tampang saya seperti berbohong?”
Jevano menelisik ke arah sekitar ruangan yang bisa digunakan untuk mengelabui Joki dan Jaenab yang masih menyekap Narendra dan Kamal di tangan mereka masing-masing.
“Kemarikan ponselnya?” Pinta Joki ketus.
Jevano yang menurut langsung berdiri dari sana dan menghampiri Joki. Sebelumnya ia memberikan kode kepada Marcus untuk berdiam di belakang Joki berada.
Joki dan Jaenab lenggah Marcus mulai melancarkan aksinya menutupi kepala kedua pasangan itu dengan karung yang ada di tangannya. Jevano tidak diam saja ia melepaskan Narendra dan Kamal dari tangan orang tuanya itu.
Cengkraman terlepas tapi lelaki itu terlebih dahulu melepaskan tangan Narendra sebelum ikut memegang kedua tangan Jaenab yang terus meminta untuk dilepaskan.
Setelah berhasil mengikat tangan keduanya. Marcus langsung membawa Joki dan Jaenab keluar ruangan yang sudah ada polisi berjaga diluar sana.
Mikaela yang melihat Marcus keluar dari dalam rumah, dengan tergesa-gesa ia turun dari mobil dan berlari menghampiri Narendra yang tengah bersama Jevano.
“Kakak nggak apa-apakan?” dengan wajah khawatirnya Mikaela menghampiri Narendra. Matanya tidak ada henti-henti nya mengeluarkan cairan bening. Pelupuk mata nya kini memerah khawatir akan keadaan sang Kakak.
“Harusnya aku larang kakak untuk pergi,” lanjut Mikaela menyalahi dirinya sendiri.
“Sudah sayang, kakak nggak apa-apa. Ayo kita pulang. Bunda sama Ayah pasti nyariin kita di rumah.”
Dengan senyuman khasnya begitu mudah bagi Narendra untuk menyembunyikan perasaan semua. Dirinya ingin jika orang-orang terdekatnya agar tidak khawatir padanya. Karena semua masalah telah usai ia hadapi, kini lelaki manis itu berharap tidak akan ada lagi masalah-masalah baru menghampiri hidupnya.
•••••