FLASHBACK
Setelah mendapatkan imess dari Marcus, Jevano kini sudah berada di kamar lamanya untuk membuka file yang dikirimkan pada email miliknya. Ia mulai fokus pada ipad miliknya tak lupa juga pintu kamar lelaki itu kunci terlebih dahulu agar ia bertambah fokus membacanya.
Bait demi bait semua file ia baca tanpa ada satu pun yang terlewatkan. Tidak terasa air matanya kembali menetes membasahi pipi mulusnya. Entah apa yang Jevano baca sehingga seperti itu sekarang.
FLASHBACK ON
Jika kita bercerita tentang keluarga yang bahagia maka kerajaan Mahapraja lah jawabannya. Bagaimana tidak bahagia? Seorang Raja dengan sangat bangga ketika mengetahui jika cucunya telah lahir ke dunua ini. Dan yang tidak kalah menmbahagiakan ia memiliki seorang cucu laki-laki yang otomatis bisa menjadi penerus dirinya kelak.
“Cucuku laki-laki, Nico.” Ujarnya terus menerus tidak berhenti mengucapkan kata-katanya.
Jika diutarakan sudah ada lebih sepuluh ribu kali ia mengucapkan kalimat 'cucu saya laki-laki' membuat Nico — sang pelayan bosan harus mendengarnya.
Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Kehadiran cucu laki-laki pertamanya ini malah membawa petaka bagi kerajaan Mahapraja.
Bagaimana tidak, banyak musuh yang ingin merebut anak laki-laki yang disebut-sebut dapat mengkuatkan seluruh kerajaan di negeri ini.
Betul saja, semenjak kehadiran cucu pertama yang diberi nama Narendra Mahapraja ini semua yang berada di dalam kerajaan Mahapraja menjadi kuat. Semua orang yang sedang sakit pun tidak akan berlangsung lama. Begitu juga dengan tanaman-tanaman disana yang selalu bermekaran setiap saat.
Hingga waktunya tiba sang ayah — Pangeran Jaeden membawa anaknya karena atas perintah Raja untuk mengasingkan cucunya pergi karena situasi sudah tidak aman.
Dengan terus menunggang kuda bersama istrinya menjauh dari istana sampai berpuluh-puluh kilo meter. Mereka menemukan sebuah pintu yang bertuliskan Panti Asuhan. Mungkin jika anaknya di titipkan disini semua akan cukup aman, Narendra tidak akan lagi di kejar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
“Jaeden mungkin kita titipkan saja Narendra disini.” Kata sang istri.
Jaeden menganggukan kepalanya, “Iya sayang. Ayo kita masuk sebelum mereka datang mengetahui kita.”
Jaeden dan sang istri segera turun dari roda kuda yang membawanya ke tempat itu dan segera mengurus seluruh perlengkapan apa yang Narendra butuhkan di panti.
Dengan penuh kasih sayang, sang Istri mendekap sang anak yang dibaluti dengan selimut tebal sehingga terlihat seperti hanya sebuah selimut saja. Ia melangkahkan kakinya mengikuti Jaeden yang sudah berjalan terlebih dahulu darinya.
Kini mereka berdua telah memasuki sebuah ruang yang tidak begitu besar. Jaeden menatap ke arah sang ibu panti yang terus tersenyum tanpa ada rasa sedih sedikit pun dari wajahnya.
“Jadi maksud anda datang kesini untuk menitipkan anak anda sementara?” Tanya ibu panti.
“Betul sekali Ibu. Saya ingin menitipkan anak saya Narendra Mahapraja.” Ujar Jaeden yang matanya tersirat dengan jelas seperti ada ketakutan.
“Kenapa anda begitu ingin menitipkan anak anda, Baginda?”
Sang istri menganggukan kepalanya, “Karena diluar sana banyak yang mengincar anak saya untuk dibawa atau bahkan mereka ingin membunuhnya.” Sang istri mengusap air matanya, “Saya yakin, anda bisa menjaga Narendra dengan baik. Saya mohon!” Lanjutnya sambil memohon kepada Ibu Panti.
“Baik Nyonya, saya mengerti. Nama yang indah.” Balas sang ibu panti.
“Kalau begitu kita permisi terlebih dahulu bu.” Jaeden berdiri dan diikuti sang Istri yang ikut berdiri juga.
“Kami pergi dahulu ya nak, semoga kamu bahagia selalu hingga kamu dewasa. Mama harap kita bisa bertemu lagi jika kamu sudah dewasa nanti.” ucap sang istri sambil mengecup kening Narendra sebelum ia serahkan pada Ibu panti.
Ibu panti menerima Narendra dari gendongan Ibundanya. Baik Jaeden dan sang istri tidak tega harus meninggalkan Narendra kecil di panti asuhan. Bukan keinginannya seperti ini, keadaan yang membuatnya harus mengasingkan anaknya.
•••••
Hingga tahun demi tahun, Narendra kini sudah berumur 10 tahun. Ia tidak pernah tahu siapa orang tua kandungnya. Bahkan Ibu Panti selalu menyembunyikan identitas orang tuanya demi kelangsungan hidup Narendra.
Narendra selalu ceria dan dapat memberikan kebahagiaan kepada seluruh anak-anak yang berada di panti. Mereka semua menyukai Narendra yang telah tumbuh menjadi anak yang baik.
“Ibu Panti Nyanya mu tanya?” ucap Narendra.
“Tanya apa, Na?” Balas Ibu Panti.
“Ini di lemari Nyanya ada sebuah kotak dan isinya itu kalung, ada juga surat. Itu milik Nyanya?” Tanya Narendra penasaran.
“Betul Na. Itu milik kamu. Jika sudah dewasa nanti kamu bisa baca dan akan ada saatnya juga seseorang yang datang menjemput kamu.” Balas Ibu panti sambil menjelaskan isi kotak tersebut.
Narendra kecil menganggukan kepalanya, “Baiklah, Ibu. Oh Iya ibu di depan ada mobil itham.” Narendra menunjuk ke arah luar ruangan yang sudah ada seseorang keluar dari sebuah mobil sedan berwarna hitam. Tidak hanya seorang diri, akan tetapi ada seorang pria dan anak kecil yang berlari memasuki halaman panti.
“Mobil Hitam?” Ibu Panti berdiri mengikuti arah tangan mungil Narendra.
Wanita itu tersenyum menatap ke arah kedua orang lelaki yang masih berdiri di halaman Panti. Ibu Panti keluar ruangan dan diikuti dengan Narendra kecil berjalan menghampirinya.
“Selamat Datang Pangeran Jeffrey dan Permaisuri Matthew.” Sapa Ibu Panti.
Sang Pangeran yang di sapa pun menghampiri Ibu Panti dengan begitu ramah ia memeluknya tanpa ada rasa jarak di antara keduanya.
“Ibu Panti, apa kabar?” Tanya Matthew sambil mengelus punggung Ibu Panti.
“Baik Nak. Kalian berdua apa kabar? Sudah lama kalian tidak kemari.” Ibu Panti menatap lagi keduanya dengan haru.
“Baik Ibu.”
“Papi, aku mau main ya boleh?” Jevano kecil memegang tangan Matthew dan bergelanjut manja.
“Ya Tuhan, Jevano sudah besar.” seru Ibu Panti menimpal ke arah Jevano Kecil.
“Dengan senang hati Ibu Panti. Nono izin belmain boleh?” Tanya Jevano sambil memberikan salam sopan kepada Ibu Panti.
“Boleh sayang. Sana main.”
Jevano kecil yang diperbolehkan main tanpa mau berlama lagi ia berlari ke taman bermain yang sudah ada anak-anak sebaya dengan dirinya disana.
Jevano kecil melihat juga ada seorang anak lelaki manis yang mungkin sebaya dengannya. Ia mencoba menghampiri anak itu. Dirinya tersenyum menatap ke arah anak lelaki itu yang tengah bermain bersama seorang temannya.
“Hai!” Sapa Jevano kecil ramah.
Narendra mendongkakan kepalanya, “Hai!”
“Kamu mau main sama aku?”
“Boleh. Oh iya nama aku Nalendla Mahaplaja. Nama kamu siapa?”
“Nama aku Jevano Bagaskara Altalo. Ayo kita main dicana caja.” Tunjuk Jevano kecil sambil memperkenalkan namanya.
“Ayo,”
Semanjak perkenalan saat itulah mereka berdua saling kenal, bahkan Jevano kecil sering sekali bermain bersama Narendra kecil disana. Mereka berdua begitu dekat melekat satu sama lain seperti sahabat yang tidak ingin terpisahkan.
Dan beberapa bulan berlalu, Narendra kecil dan Jevano kecil sering bermain bersama bahkan anak lelaki itu sering di ajak pergi bersama Jevano kecil dan membeli barang-barang yang sama dengan Jevano kecil.
Namun suatu saat Narendra kecil pulang dari acara bermain bersama Jevano kecil Panti Asuhan kedatangan keluarga yang ingin mengadopsi seorang anak. Dan pilihan mereka kepada Narendra kecil yang manis dan begitu imut untuk anak seumuran dirinya.
“Nyonyo harus janji jengukin Nyanya ya nanti ke rumah balu Nyanya.” Narendra mengarahkan jari kelingkingnya pada Jevano kecil.
Jevano mengangguk kecil sambil mengaitkan jari kelingkingnya pada jari Narendra kecil, “Nono janji. Na
Nyanya halus banak kabalin Nono.”
“Iya Nyonyo. Dadah.” Narendra kecil melambaikan tangannya pada Jevano kecil yang menatapnya haru.
Lelaki kecil itu berjalan mengikuti kedua orang tua angkatnya sambil menggendong tas ransel kecil miliknya yang sudah terisi lengkap barang-barang milik Narendra dan juga tidak lupa kotak pemberian orang tua kandungnya dahulu.
•••••
Jevano masih belum selesai membaca file yang di kirimkan email oleh Asisten pribadinya itu. Senyuman kecil terus mengembang dari wajahnya ketika membaca nama Narendra. Apa betul Narendra yang kini menjadi suaminya itu adalah teman masa kecilnya?
Ia tidak mau menimbang-nimbang lagi dan kembali membaca file penting itu.
FLASHBACK ON
Kisah Narendra ternyata tidak semulus anak-anak seumuran dirinya. Kini dia sudah berumur 15 tahun. Namun dirinya harus bekerja mencari uang demi kebutuhan keluarga barunya.
Bekerja, iya ternyata Narendra di adopsi keluarga itu hanya untuk memancing agar ibu angkatnya agar segera hamil. Dan benar saja, sejak Narendra hadir di keluarga itu. Ibu angkatnya hamil.
Namun bukan lagi kasih sayang yang ia dapatkan kini. Semanjak adiknya yang boleh di anggap sebagai keponakannya ini hadir di muka bumi ini. Narendra selalu tersiksa dalam hidupnya, ia hanya diberi alas tipis untuk tidur di ruangan jemuran rumahnya yang akan terasa dingin.
Bahkan setiap harinya Narendra harus mengerjakan pekerjaan rumah, bekerja untuk membiayai dan memberikan makan setiap harinya.
“Kak, Kamal minta maaf.” Kamal kecil menatap ke arah Narendra.
“Untuk apa kamu minta maaf, Kamal?” Balas Narendra bertanya kepada Kamal.
“Untuk semuanya. Karena Kamal, Kak Nana harus menanggung semuanya,” jelas Kamal menatap mata Narendra. “Kamal janji, kalau aku sudaj besal nanti. Kamal akan bantuin Kak Nana kelja.” tambahnya membuat Narendra menitihkan air mata di pipinya.
“Di ajarin siapa kamu udah bisa bicara seperti itu?” Narendra mengusap rambut Kamal dengan lembut.
Kamal menyengirkan wajahnya ke arah Narendra dan membuat Kakaknya tertawa terbahak-bahak.
Walaupun kehidupan barunya begitu melelahkan baginya. Tapi disini ada Kamal yang selalu menjadi teman ketika ia tengah kelelahan. Menjadi teman yang selalu menghiburnya. Dimanapun Kamal berada, Narendra akan selalu bahagia jika ada Kamal bersamanya.
Dan saat itu pula, Narendra berjanji akan selalu menjaga Kamal dengan baik. Ia akan selalu membawa Kamal kemanapun lelaki itu pergi.
FLASHBACK OFF
Jevano telah menyelasaikan membaca file yang berisi seluruh tentang Narendra dari semasa kecil hingga sekarang. Hatinya begitu tersentuh ketika membaca halaman demi halaman. Setelah membaca file tersebut, lelaki itu berfikir apakah ia sudah seharusnya membahagiakan Narendra? Apa betul semua yang ada di dalam isi file itu?
Semua pertanyaan itu terngiang-ngiang di dalam otak Jevano. Mungkin jika sudah di waktu yang tepat sang Pangeran itu akan mencoba memahami dan mengenali Narendra kembali.
•••••